Sabtu, 08 Desember 2018

TT B J1 OBJEK PENDIDIK INDIREC “MASYARAKAT SEBAGAI OBJEK PENDIDIK “


OBJEK PENDIDIK INDIREC
“MASYARAKAT SEBAGAI OBJEK PENDIDIK"
QS. AL-MU’MINUUN, 23:96


Description: IMG_20181105_111808.jpg




Yesi Oktaviani
NIM.  (2117212)

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subjek, objek dan sarana-sarana lain yang seiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah swt. telah memerintahkan kepada rasulnya yang mulia, didalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberi peringatan kepada keluarga,masyarakat dan sanak kerabatnya kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka jelek kepada nabi,keluarga dan sanak kerabatnya.
            Ojek pendidikan adalah manusia dalam kaitannya dengan fenomena situasi pendidikan. Fenomena tersebut terdapat dimana-mana, didalam masyarakat, di dalam keluarga dan sekolah. Allah memberikan petunjuk apa yang seyogyanya beliau perbuat terhadap merek jika mendapatkan penganiayaan dari mereka.
            Dengan cara tolaklah dengan menampilkan hal yang lebih baik yaitu budi pekerti yang baik, bersikap lapang dada dan berpaling dari mereka yang kafir (hal yang buruk itu) perlakuan mereka yang menyakitkan terhadap dirimu. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berperang (kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan) kedustaan dan buat-buatan mereka, maka kelak kami akan membalasnya kepada mereka.
            Dalam makalah ini akan dijelaskan dalil yang berkaitan dengan masyarakat sebagai objek pendidikan. Semoga bermanfaat dan mendapat wawasan dalam lingkungan masyarakat.


B. Rumusan Masalah
    1. Apa hakekat dari Masyarakat?
    2. Bagaimana dalil Masyarakat sebagai Objek Pendidikan
    3. Bagaimana cara membangun Masyarakat Madani (civil society)
    4. Bagaimana Aplikasi dalam Kehidupan ?
    5. Bagaimana Aspek tarbawinya?




BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Masyarakat
Masyarakat merupakan kumpulan individu-individu yang bersepakat untuk hidup bersama, entah atas dasar kepentingan-kepentingan bersama atau faktor-faktor ideologi[1].
Masyarakat islam ialah suatu masyarakat yang universal, yakni tidak rasial, tidak nasional dan tidak pula terbatas didalam lingkaran batas-batas geografis. Terbuka untuk seluruh anak manusia, tanpa memandang jenis, warna kulit atau bahasa bahkan juga tidak memandang agama dan keyakinan atau aqidah. [2]
Perbedaan warna kulit dan bahasa tidaklah mengandung arti keistimewaan atau kelebihan. Yang dikehendaki hanyalah saling berhubungan dengan baik dan bukan saling mencari perbedaan. Hanya ada satu ukuran untuk mendapatkan tempat utama, yaitu takwa kepda Allah, taat kepadanya dan berbuat baik kepda hamba-hambanya. Semua itu adlah urusa masing-masing orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan jenis dan warna kulit.
            Ada yang perl mendapatkan perhatian, yaitu bahwa tugas yang dibebankan Allah kepada umat islam, tidaklah terbatas pada memimpin manusia kepada kebajikan seperti yang dibawakan islam, dan pada membela aqidah islam dan penganutnya. Selanjutnya Allah menugaskan untuk membela kaum yang lemah dari kesewenangan pihak yang berkuasa,menolak kedhaliman untuk semua manusia dan mencegah kejahatan diatas bumi. Semua itu merupakan amanat yang mestti dilaksanakan oleh umat islam.

B. Dalil masyarakat sebagai Objek Pendidikan
            QS. Al-Mu’minun ayat 96
ادْفَعْ بِا لَّتِى هِىَ اَحْسَنُ السَّىِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِماَ يَصِفُونَ                                                                                                                                              
“Artinya : Tolaklah dengan yang lebih baik keburukan itu. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.”

     1. Tafsir Al-Lubab

Untuk menghadapi para pendurhaka dan pengangguran, antara lain yang Allah swt. tunda siksanya, yat 6 memeberi tuntutan bahwa: “Hendaklah engkau melanjutkan dakwah dan menghadapi para pendurhaka itu dengan tabah dan simpatik. Tolaklah keburukan mereka dengan ucapan, perbuatan, cara, dan sikap yang terbaik.
Antara lain dengan berbuat baik semampumu kepada mereka, atau kalau tidak, dengan emaafkan kesalahan mereka yang berkaitan dengan pribadimu atau dengan tidak menaanggapi ejekan atau cemoohan mereka.Kami lebih mengetahui dari siapapun apa yang mereka sifakan terhadap diri dan agama yang kami syariatkan. Demikian juga penyiaftan mereka yang buruk terhadap kamu.[3]

 2. Tafsir Al Mishbah
Ayat yang lalu mengesankan bahwa  Allah akan akan menunda jatuhnya siksa tehadap orang-oang dzalim itu, karena adanya hikmah dibalik itu. Penundaan ini menimbulkan pertanyaan bahwa bagaimana menghadapi mereka yang terus menerus berbuat kezaliman itu. Bisa juga dikatakan bahwaayat yang lalu ketika menyatakan kuasa Allah menjatuhkan siksa, juga mengandun pean agar Nabi Muhammad saw. Tidak perlu risau menghadapi mereka.
Dari sini Allah berfirman: hendaklah engkau melanjutkan dakwah dan menghadapi para pendurhaka itu dengan tabah dan simpatik. Tolaklah dengan cara, ucapan, perbuatan dan sikap yang lebih baik keburukanmereka itu antara lain dengan berbuat baik semampumu kepada mereka, atau kalau tidak maka memaafkan kesalahan mereka yang berkaitan dengan pribadimu, atau dengan tidak menanggapi ejekan atau cemoohan mereka.
Kami lebih mengetahui dari siapapun apa yang mereka sifatkan terhadap diri kami, agama yang kami syariatkan dan terhadap dirimu. Kalau kami berkehendak, niscaya kami langsung menjatuhkan sanksi terhadap mereka, tetapi itu kami tidak lakukan. Kendati demikian, penganiayaan mereka tidak akan kami biarkan,, karena itu pula jangan bersedih dan jangan juga risau.[4]

  3. Tafsir Al-Maraghi
Tolaklah kejahatan darimu  dengan perbuatan yang lebih baik dengan memaafkan kejahilan mereka, bersabar atas penganiayaan dan pendustaan mereka terhadap ajaran yang kamu bawa kepada mereka dari sisi Tuhanmu. Sesungguhnya kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka sifatkan, kedustaan yang mereka ada-adakan terhadap kami, dan perkataan buruk yang mereka lontarkan tentang dirimu, kemudin kami akan memberi balasan kepada mereka atas semua yang mereka katakan itu. Oleh sebab itu hendaklah perkataan mereka itu tidak membuatmu berseih hatidan bersabarlah dengan kesabaran yang baik.
Diriwayatkn bahwa Anas ra. Berkata tentang ayat ini: seseorang berkata kepada saudaranya tentang sesuatu yang tidak ada padanya, maka saudaranya itu berkata, “jika kamu berdusta maka aku memohon agar Allah mengampunimu, tetapi jika kamu benar maka kau memohon agar Allah mengampuniku.”
Setelah mendidik rasul-nya saw. Untuk menolak kejahatan dengan cara yang lebih baik, selanjutnya Allah membimbingnya kepada sesuatu yang menguatkan perbatan baik itu.
Katakanlah : Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-mu dari kedatangan setan-setan kepadaku dengan bisikan mereka atau dengan mengutus musuh-musuhmu kepadaku untuk menganiaya aku.
Demikianlah hendaknya kaum mu’minin berdoa, karena setan tidak akan sampai kepada mereka kecuali dengan salah satu diantara kedua jalan ini. Jika hamba kembali dan berserah diri kepada Tuhannya, serta memohon agar dia melindunginya dari setan-setan, niscaya hatinya akan selalu tanggap dan ingat kepada Tuhannya dalam segala  perbuatan yang dia kerjakan atau tinggalkan, kemudian hal itu akan mendorongnya untuk selalu taat dan meninggalkan maksiat.
Rasulullah saw. telah momohon perlindungannya kepada Allah agar tidak kedtaangan setan-setan dalam perbuatan yang dia kerjakan, terutama ketika mengerjakan salat, membaca Al-Qur’an dan kedatangan ajal. [5]

C. Membangun Masyarakat Madani (civil society)
Masyarakat madani merupakan konstruksi bahasa yang “islami” yang mengacu pada kata al din, yang umumnya diterjemahkan sebagai agama, berkaitan dengan makna al tamaddun, atau peradaban. Keduannya menyatu ke dalam pegertian al madinah yg artinya kota. Dengan demikian, maka terjemahan masyarakat madani mengandung tiga hal, yakni agama, peradaban dan perkotaan. Di sini agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.[6]
Istilah civil society yang diterjemahkan dengan masyarakat Madani, kata madani sepintas orang mendengar asosiasinya dengan kota Madinah memang demikian karena kata madani terjalin erat secar etimologi dan terminolgi dengan madinah yang menjadi ibu kota pertama pemerintahan Muslim.


Istilh masyarakat madani sebagai padanan kata dari civil society yang konsepnya merujuk pada bentuk masyarakat yang di bangun oleh Nabi Muhammad saw. di madinah, yang relevan dengan tulisan ini, yaitu suatu masyarakat yangberadab, memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip kesetaraan hukum, jaminan kesejahteraan bagi semua warga, serta perlindungan terhadap kelompok minoritas.[7]

       D. Aplikasi Kehidupan
            Tidak seorangpun yng tidak diupayakan oleh setan untuk dirayu dan diganggunya, karena itu semua manusia, termasuk Nabi Muhammad saw. dianjurkan untuk berlindung kepada Allah swt. keterpeliharaan para Nabi dari melakukan pelnggaran tidak mengurungkan niat setan untuk mengganggu, walaupun dia selalu gagal, karena pemeliharaan Allah swt. dan kuatnya pertahanan mereka. Begitu juga kepada manusia, setan selalu berupaya mengganggu manusia untuk melakukan perbuatan yang tercela, bermaksiat, berbohong dan lain sebagainnya agar setan merasa senang. Akan tetapi jika keimanan seseorang kuat maka upaya apa saja yang dilakukan setan untuk merayu manusia akan gagal, karena terpeliharanya keimanan seseorang tersebut.

      E. Aspek Tarbawi
            1. Perintah agar kita membalas keburukan dengan kebaikan
2. kita harus senantiasa taat dan berserah diri kepada Allah swt. karena Allah maha   mengetahui atas segala hal
            3. senantiasa mendoakan untuk kebaikan orang lain
4. dalam surat ini Allah memberkan petunjuk bagaimana menghadapi orang-orang   yang berlaku menganiaya kita, yaitu dengan jalan kebaikan.










BAB III
        PENUTUP


Kesimpulan
Masyarakat merupakan kumpulan individu-individu yang bersepakat untuk hidup bersama, entah atas dasar kepentingan-kepentingan bersama atau faktor-faktor ideologi.
Masyarakat islam ialah suatu masyarakat yang universal, yakni tidak rasial, tidak nasional dan tidak pula terbatas didalam lingkaran batas-batas geografis. Terbuka untuk seluruh anak manusia, tanpa memandang jenis, warna kulit atau bahasa bahkan juga tidak memandang agama dan keyakinan atau aqidah.
Ayat yang mengesankan bahwa  Allah akan akan menunda jatuhnya siksa tehadap orang-oang dzalim itu, karena adanya hikmah dibalik itu. Penundaan ini menimbulkan pertanyaan bahwa bagaimana menghadapi mereka yang terus menerus berbuat kezaliman itu. Bisa juga dikatakan bahwaayat yang lalu ketika menyatakan kuasa Allah menjatuhkan siksa, juga mengandung peran agar Nabi Muhammad saw. Tidak perlu risau menghadapi mereka.
Tolaklah kejahatan darimu  dengan perbuatan yang lebih baik dengan memaafkan kejahilan mereka, bersabar atas penganiayaan dan pendustaan mereka terhadap ajaran yang kamu bawa kepada mereka dari sisi Tuhanmu. Sesungguhnya kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka sifatkan, kedustaan yang mereka ada-adakan terhadap kami, dan perkataan buruk yang mereka lontarkan tentang dirimu, kemudin kami akan memberi balasan kepada mereka atas semua yang mereka katakan itu. Oleh sebab itu hendaklah perkataan mereka itu tidak membuatmu berseih hatidan bersabarlah dengan kesabaran yang baik.













DAFTAR PUSTAKA

Jurdi Syarifudin , 2008 sosiologi islam: kolaborasi pemikiran sosial ibu khaldun,Yogyakarta: TERAS
Mustofa Ahmad Al-Maraghi , 1985 Tafsir Al-Maraghi,Semarang : PT Kaya Toha Putra  Semarang

Nurdin Murthi, 1983 masyarakat islam,Bandung: PT AL-Mahani

Quraish M. Shihab, 2002 Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Ciputat Jakarta: Lentera Hati

QuraisyM. Shihab, 2012 Al-Lubab: makna dan pelajaran dari surat-surat Al-Qur’an, Ciputat Tanggerang: Lentera Hati

Digilib.uin-suka.ac.id




BIODATA

Nama : Yesi Oktaviani
Nim :    21177212
TTL :   Pemalang, 17 Oktober 1999
Alamat : Desa Wanarata RT 28 RW 07, Kec. Bantarbolang Kab. Pemalang
Alamat sekarang : Panjang Baru, Sidomukti 20
Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi
                                    2. MIN Bantarbolang
                                    3. SMP Negeri 2 Bantarbolang
                                    4. SMK Negeri 1 Randudongkal
                                    5. IAIN Pekalongan





Lampiran

1Syarifudin Jurdi , sosiologi islam: kolaborasi pemikiran sosial ibu khaldun, Yogyakarta: TERAS 2008
2  Murthi Nurdin, masyarakat islam,Bandung: PT AL-Mahani 1983

3  Quraish Shihab, Al-Lubab: makna dan pelajaran dari surat-surat Al-Qur’an, (Ciputat Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 568
4Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Ciputat Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 246
5  Ahmad Mustofa Al-Maraghi , Tafsir Al-Maraghi (Semarang : PT Kaya Toha Putra  Semarang 1985), hlm.98-99
7  Digilib.uin-suka.ac.id







[1]Syarifudin Jurdi , sosiologi islam: kolaborasi pemikiran sosial ibu khaldun,(Yogyakarta: TERAS 2008), hlm.189
[2] Murthi Nurdin, masyarakat islam, (Bandung: PT AL-Mahani 1983), hlm.70
[3]Quraish Shihab, Al-Lubab: makna dan pelajaran dari surat-surat Al-Qur’an, (Ciputat Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 568
[4]Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Ciputat Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 246
[5]  Ahmad Mustofa Al-Maraghi , Tafsir Al-Maraghi (Semarang : PT Kaya Toha Putra  Semarang 1985), hlm.98-99
[7]  Digilib.uin-suka.ac.id



Tidak ada komentar:

Posting Komentar