KATA PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT pada Rasulallah SAW
atas berbagai nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya,sehingga penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas makalah mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Obyek Pendidikan “Direct”. Dengan ini
kami berharap agar materi kami dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbang pikiran.
Penulis
sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin, harapan kami
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca, bisa bermanfaat dan dapat
diterima. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang
telah berpartisipasi dalam melaksanakan tugas makalah ini sampai selesai.
Semoga
makalah ini bisa diterima dan dipahami bagi siapapun pembacanya, danjuga bisa bermanfaat. Amin ya rabbal ‘alamin
Pekalongan,
29 Oktober 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Al-qur’an
adalah firman Allah yang sangat rapih dan sopan. Al-qur’an menata semua hal
didunia maupun di akhirat bahkan dalam masalah percintaan Al-qur’an mengatur
dengan baik. Di dalam pernikahan Al-qur’an mengaturnya dan memerintahkan setiap
muslim yang bertaqwa untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan. Pola pikir
yang berbeda antara istri dan suami dapat menyebabkan konflik yang
lama-kelamaan dapat memicu perceraian. Lemahnya iman juga menjadi pemicu dalam
berumah tangga. Kemudian masalah-maslah rumah tangga yang sering bermunculan
karena kurangnya ilmu agama dan budi pekerti yang buruk tersebut sudah dijawab
dalam surat Al-Furqan tentang do’a
supaya diberi istri dan keturunan yang shalih-shalihah, agar menjadikan mereka
para suami yang menjadi teladan bagi kaum yang bertaqwa.
Rumusan Masalah
Apa
hakikat istri dan keturunan?
Bagaimana
dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati?
Apa
yang dimaksud dengan rumah tangga laksana taman surga?
Tujuan
Untuk
mengetahui hakikat istri dan keturunan
Untuk
mengetahui dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud rumah tangga laksana taman surga
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar..................................................................................................... i
Daftar
Isi. .... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah..................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Hakikat Istri dan Keturunan ................................................ 2
B. Dalil Istri dan Keturunan sebagai
Penyejuk Hati.................. 2
C. Rumah Tangga Laksana Taman Surga.................................. 5
BAB
III PENUTUP.......................................................................................... 7
A. Kesimpulan ........................................................................... 7
B. Saran...................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 8
BAB
II
PEMBAHSAN
A. Hakikat Istri dan Keturunan
Istri berasal dari bahasa Sanskerta yang
artinya adalah wanita atau perempuan. Yaitu seorang perempuan yang sudah
menikah atau yang dinikahi.
Keturunan artinya anak, cucu atau
generasi. Keturunan yang dimaksud disini yaitu anak.
Penyejuk hati berarti obat penawar atau
obat rasa obat rasa gundah dan segala ganjalan-ganjalan masalah jiwa dan raga
atau jasmani dan rohani. Penyejuk hati juga bisa disebut dengan sumber
kebahagiaan.[1]
B. Dalil Istri Keturunan sebagai Penyejuk
Hati
Q.S
Al- Furqon, 25 : 74
وَالّذِيْنَ يَقُوْلُون رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّا تِنَا قُرَّةَ أَعْيُنِ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا (٧٤)
Artinya : “ Dan orang-orang berkata,’ Ya
Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa.”[2]
1. Tafsir Al-Maraghi
Dan
orang-orang yang memohon kepada Allah agar melahirkan dari mereka keturunan
yang taat dan beribadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan
yang lain. Orang yang beriman dengan sebenar-benar iman, apabila melihat
keluarganya sama dengannya taat kepada Allah, maka dia akan merasa senang dan
gembira, dia mengharapkan dapat berguna baginya di dunia selama hidup dan
matinya serta bertemu dengannya di akhirat. Mereka juga memohon agar Allah
menjadikan mereka para imam yang di teladani dalam menegakkan panji-panji agama
dengan menganugerahkan ilmu yang luas kepada mereka dan memberi taufik kepada
mereka untuk mengerjakan amal shaleh.[3]
2. Tafsir Al-Mishbah
Artinya
: “ Dan mereka senantiasa berkata : ‘ Tuhan kami, anugerahkanlah buat kami,
dari pasangan-pasangan kami serta anak keturunan kami, penyejuk-penyejuk mata
mata dan jadikanlah kami – bagi orang-orang bertaqwa – teladan-teladan.”
Ayat
diatas menyatakan : Dan hamba-hamba Allah yang terpuji itu adalah mereka
yang juga senantiasa berkata yakni berdoa setelah berusaha bahwa : “Wahai
tuhan kami, anugerahkanlah buat kami, dari pasangan-pasangan hidup kami yakni
suami atau istri kami serta anak keturunan kami, kiranya mereka semua
menjadi penyejuk-penyejuk mata kami dan orang lain melalui budi pekerti
dan karya-karya mereka yang terpuji, dan jadikanlah kami yakni yang
berdoa bersama pasangan dan anak keturunannya, jadikan kami secara khusus bagi
orang-orang bertaqwa sebagai teladan-teladan.
Kata
( قُرَة
) qurrah pada mulanya berarti dingin. Yang dimaksud disini adalah
menggembirakan. Sementara ulama berpendapat bahwa air mata yang mengalir dingin
menunjukkan kegembiraan, sedang yang hangat menunjukan kesedihan. Karena itu,
pada masa lalu dimana gadis-gadis masih malu menunjukan perasaan atau kesediaannya
menerima pinangan calon suami, para wali menemukan indikator kesediaan atau
penolakannya melalui air matanya. Bila dingin itu berarti ia bergembira
menerima pinangan, dan bila hangat itu tandanya penolakan.
Ayat
ini membuktikan bahwa sifat hamba-hamba Allah yang terpuji itu tidak hanya
terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal terpuji, tetapi juga
memberi perhatian kepada keluarga dan anak keturunan. Doa mereka tentu saja
dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi manusia-manusia
terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa
keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan yang memadai.
Kata
(إمام)
imam terambil dari kata (أمَ - يَوْمَ) yang berarti menuju, menumpu atau meneladani.
Dari akar kata yang sama lahir antara lain kata umm dan imam yang maknanya pemimpin, karena keduanya
menjadi teladan, tunpuan pandangan dan harapan.[4]
3. Tafsir Al-Azhar
Ibadur
rahman itu senantiasa bermohon kepada tuhannya agar istri-istri mereka dan
anak-anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam,
menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam
hidup. Dalam hadits Rosulullah Saw ada dikatakan :
اَلدُّنْيَا
مَتَا عٌ وَخَيْرُ مَتَا عِهَا الْمَرْأَةُ الصَّا لِحَةُ
Artinya
: “ dunia ini dalah perhiasan hidup, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia itu
adalah istri yang shalih”
Berjuta
miliyar uang pun, berumah bergedung indah bermobil kendaran mewah, dan segala
yang dikehendaki dapat saja karena kekayaan, semuanya itu tidak ada harganya
kalau istri tidak setia. Kalau dalam rumah tangga suami hendak ke hilir dan
istri hendak ke hulu, akhirnya kan pecah juga rumah tangga yang demikian, atau
menjadi neraka kehidupan sampai salah seorang menutup mata.
Apalagi
anak, semua kita yang beranak keturunan merasai sendiri bahwa inti kekayaan
ialah putra-putri yang berbakti, putra-putri yang berhasil dalam hidupnya.
Putra yang berbakti ialah obat hati di waktu tenaga telah lemah.
Sebagai penutup dari
doa itu, ia memohon lagi kepada Allah agar ia dijadikan imam dari pada
orang-orang yang bertaqwa.[5]
4. Tafsir Ibnu Katsir
Orang-orang
mukmin itu berdoa memohon kepada Allah agar istri-istri mereka dan
keturunan-keturunan mereka dijadikan orang yang taat kepada Allah, taat
beribadah, menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi
segala apa yang dilarang dan diharamkan, sehingga dengan demikian mereka
meruapakan keturunan dan istri-istri yang menyenangkan hati. Disamping itu juga
mereka memohon kepada Allah agar mereka dijadikan imam dan pemimpin bagi
orang-orang yang bertaqwa. [6]
C. Rumah Tangga Laksana Taman Surga
Dalam
kehidupan setiap manusia ada detik-detik yang sangat berkesan dihati, tidak
mudah dihapus oleh ingatan sepanjang hayat. Diantarannya aqad nikah.
Mengucapkan ijab qobul sangat ringan dilidah, namun pada hakikatnya berat
ditimbangan. Ucapan ijab qobul adalah ikrar, janji setia antara suami dan istri
untuk membangun rumah tangga. Oleh karena itu Rasulullah Saw berpesan pada para
suami : “ Takutlah kepada Allah dalm persoalan wanita, karena sesungguhnya
mereka itu adalah orang-orang yang berada dibawah kekuasaan kamu, dan kamu
ambil mereka dengan amanah Allah dan kamu dihalalkan menggauli mereka
berdasarkan kalimat Allah.”
Dari
hadits tersebut dijelaskan bahwa pernikahan bukan hanya sekedar untuk memenuhi
dorongan (kebutuhan ) biologis, tetapi melaksanakan amanah Allah yang akan
dipertanggungjawabkan kelak di akhir zaman.
Rumah
tangga dalam islam adalah ‘tempat berteduh’, tempat terwujudnya suasana sakinah
(tenteram) yang disempurnakan dalam mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang).
Suasana
yang sakinah, mawaddah, rahmah inilah yang dibutuhkan oleh setiap bayi yang
lahir sebagai buah dari pernikahan. Anak yang dibesarkan dalam rumah tangga
yang tentram, diliputi rasa kasih sayang, pasti akan menjadi anak yang tumbuh
normal, dewasa, dan matang kepribadiannya. Sebaliknya apabila bayi lahir dari
kegelisahan, kebencian, dan kekejaman dalam rumah tangga kelak akan menjadi
ank-anak yang membalas dendam kepada masyarakat dimana dia hidup.
Anak
yang merasakan sentuhan kasih sayang sejak dini akan mudah beradaptasi dengan
lingkungannya. Begitupun sebaliknya, anak yang kehilangan kasih sayang kecil
akan menjadi anak yang rendah diri dan minder. Untuk itu menjadi tugas utama
para ibu untuk kembali ke rumah. Rawatlah anak-anakmu dengan penuh kasih sayang
dan tanamkanlah nila-nilai keislaman. Begitupun seorang bapak, janganlah
kesibukan mencari nafkah di luar rumah lantas melupakan tanggungjawabnya
sebagai pemimpin keluarga.[7]
Pada
intinya jadikanlah rumah sebagai fondasi, tempat awal lahirnya sosok-sosok
pribadi terbaik umat islam yang menjalankan ajaran islam sepenuhnya, sehingga
dari sanalah keberkahan dan ridho akan tercurah. Rumah akan terasa aman, nyaman
dan damai.[8]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Q.S Al-Furqan ayat 74 membuktikan
bahwa sifat-sifat hamba Allah yang terpuji itu tidak hanya terbatas pada upaya
menghiasi diri dengan amal-amal terpuji tetpai juga memberi perhatian kepada keluarga
dan anak keturunan bahkan masyarakat umum. Do’a mereka itu tentu saja dibarengi
dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi manusia-manusia terhormat,
karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa keberagaman
yang baik, budi pekerti luhur serta pengetahuan yang memadai.
B. Saran
Dari
beberapa penjelasan di atas pemakalah pasti tidak lepas dari kesalahan
penulisan dan rangkaian kalimat. Dan kami sebagai penyusun makalah ini
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan para pembaca, khususnya pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa.
1989. Tafsir Al-Maraghiy. Semarang : Tohaputra
Bahreiy, Salim. 2002. Terjemahan
Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya : Bina Ilmu
Hamka. 1982. Tafsir Azhar Juzu
XIX. Jakarta : Pustaka Panjimas
Hidayatullah. 2016. Jadikan
Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”. vol.16. No.20
Nashir as-Sa’di, Syaikh
Abdurrahman. 2016. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta : Dar Ibn al-Jauzi, KSA,
Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir
Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Zaidan, Ibnu. 2015. Jadikan
Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya. vol.25. No.2
REFERENSI :




BIODATA PEMAKALAH :
Nama : Winda Widya Risnawati
Tempat tanggal lahir : Pekalongan, 14 April
1999
Alamat : Jl. Buyut sari karangmalang kel.
Setono
Moto : Berusaha untuk menuai keberhasilan
RIWAYAT PENDIDIKAN :
TK MASYITHOH DEKORO
MII DEKORO
SMPN 7 PEKALONGAN
MAN 2 PEKALONGAN
[1] Hamka, Tafsir Azhar
Juzu XIX, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1982), hlm.49
[2] Syaikh Abdurrahman bin
Nashir as-Sa’di, Tafsir Al-Qur’an, (Jakarta : Dar Ibn al-Jauzi, KSA,
2016), hlm.207
[3] Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghiy,(Semarang : Tohaputra, 1989), hlm.56-57
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), hlm.544-546
[6] Salim Bahreiy, Terjemahan
Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya : Bina Ilmu, 2002), hlm.35
[7] Hidayatullah, Jadikan
Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”, vol.16, No.20, Februari 2016,
hlm.24-25
[8] Ibnu Zaidan, Jadikan
Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya, vol.25, No.2, Desember
2015, hlm.9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar