Objek
Pendidikan “Langsung” (direct) Dalam Al-Quran
Q.S
At-Tahrim ayat 6
Keluarga
Sebagai Tumpuan Harapan
Disusun
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen
Pengampu : Muhammad Hufron, MSI

Disusun
oleh :
Eva
Husnul Khotimah (2117202)
Kelas
: B
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
Kata
Pengantar
Segala
puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya
sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah tafsir tarbawi. Penulis mengucapkan terima
kasih yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi
para pembaca dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pekalonagan
, 31 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR
ISI .............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Hakikat Keluarga .............................................................................. 2
B. Dalil Keluarga sebagai Tumpuan Harapan ........................................ 4
C. Keluarga : Madrasatul Ula ................................................................ 7
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelurga
merupakan hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia tanpa adanya kelurga
manusia akan merasa sendirian untuk itu keluarga sanagat dibutuhkan sebagai
tempat bersandar dan berkeluh kesah. Dengan itu keluarga haruslah saling
memelihara satu satu lain. Ayah dan ibu sangat berperan untuk mendidik
anak-anaknya terutama dalam hal akhlak. Sebagaimana dalam QS, At-Tahrim ayat 6
yang artinya hai orang-orang yang berfirman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjagannya
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Oleh karena itu keluarga fungsi keluarga
sanagtlah berperan dalam pembentukan karakter anak-anak dan akhlak mereka
ketika dewasa nanti. Seperti menanamkan nilai-nilai agama di dalam kehidupan
sehari-hari yang akan membuat keluarga menjadi harmonis dan penuh dengan cinta
dan kasih sayang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hakikat keluarga ?
2. Dalil yang menunjukkan tentang keluarga
sebagai tumpuan harapan ?
3. Apa pengertian keluarga madrasatul ula ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat
keluarga
2. Untuk mengetahui dalil tentang keluarga
sebagai tumpuan harapan
3. Untuk mengetahui tentang keluarga
madrasatul ula
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sumber inspirasi
pertama dalam melakukan sesuatu. Contoh tingkah laku baik buruk seseorang.
Secara etimologis keluarga dalam istilah jawa terdiri dari dari dua kata yakni
kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya
kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan
seluruh individu yang bernaung di dalamya.
Menurut sunarto keluarga merupakan
lingkungan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan
keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembetulan kepribadian daripada
pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Dalam konsep islam kata keluarga
dipersentasikan melalui kata ahl. Kata ini terdapat dalam al-quran dengan
mempunyai arti yang bermacam-macam. Misalnya dalam QS. Al-Baqarah : 126, kata
keluarga diartikan sebagai sebagai penduduk suatu negeri. Dalam QS. An-Nisa :
58 mengartikan keluarga sebagai orang yang berhak menerinma sesuatu. Selebihnya
kata ahl dalam al-quran ditunjjukan pada arti kumpulan laki-laki dan perempuan
yang diikat oleh tali pernikahan dan di dalamnya terdapat orang yang menjadi
tanggunganny, seperti anak
Peran orang tuabagi pendidikan anak
adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti
agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman,
dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan dalam
kebaikan, dan keluargamengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesaui. [1]
2. Fungsi Keluarga
A. Fungsi agama dilakasanakan melalui
penanaman nilai-nilai keyakinan berupa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan
ketakwaan mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah
tuhan dan menjauhi larangannya
B. Fungsi biologis
Fungsi
biologis dadalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidupnya tetap
terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan
dengan jasmani manusia.
C. Fungsi Perlindungan
Setiap
anggota berkeluarga berhak mendapat perlindungan dari aggota keluarga lainnya.
Sebagai kepala keluarga dalam keluarga, seirang ayah hendaknya menunjukkan dan
mencurahkan kasih sayang kepada anaknya secara tepat.
D. Fungsi kasih sayang
Setiap
anggota keluarga harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan
kasih sayang kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Dan jika telah memiliki
anak maka orang tua hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang kepada
anaknya secara tepat.
E. Fungsi pendidikan
Pendidikan
merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan martabat dan peradaban
manusia. Sebagai seorang pemimpin keluarga dalam keluarg, seorang kepala
keluarga hendaknya memberikan bimbingan dan pendidikan bagi setiap anggota
keluarga, baik itu istri maupun anak-anaknya.
B. Dalil Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan
QS.
At-Tahrim 66:6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
1. Tafsir Al-Maraghi
Penafsiran
Kata-kata Sulit
قُوا أَنْفُسَكُمْ Qu Anfusikum : jadilah dirimu itu pelindung
dari api neraka dengan meninggalkan maksiat
وَاَهْلِيكُم Wa Ahlikum : membawa kelurgamu kepada hal
itu dengan nasehat pelajaran
اَلْوَقُوْد Al-Waqud : kayu bakar
اَلْحِجَارَةُ Al-Hijarah : berhala-berhala yang disembah
Pengertian Secara Umum
Sesudah Allah
memerintahkan kepada sebagian istri-istri nabi saw. Untuk bertaubat dari
kesalahan yang terlanjur dilakukan dan menjelaskan kepada mereka bahwa Allah
akan menjaga dan menolong rasul-Nya hingga kerja sama mereka untuk menyakitinya
tidak akan membahayakannya, kemudian memperingatkan mereka agar tidak
berkepanjangan dalam menentangnya karena khawatir akan ditalak dan dijatuhkan
dari kedudukannya yang mulia sebagai ibu-ibu kaum mukminin, karena digantikan
dengan istri-istri yang lain dari wanita-wanita mukmin yang saleh, dia
memerintahkan kaum mukmin pada umumnya untuk menjaga diri dan keluarga dari
neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan berhala-berhala pada hari kiamat.
Yaitu pada hari dikatakan kepada orang-orang kafir,” Janganlah kamu beruzur
karena waktunya sudah terlambat. Kamu itu menerima balasan dari apa yang kamu
lakukan didunia. “ kemudian dia memerintahkan orang-orang mukmin agar
meninggalkan kesalahan-kesalahan mereka dan bertaubat dengan taubat nasuh,
sehingga mereka menyesali kekeliruan-kekeliruan yang terlanjur mereka lakukan
dan kemauan kuat untuk tidak mengulanginya pada waktu yang akan datang supaya
Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memasukkan mereka ke dalam
surga-surga yang penuh nikmat.[2]
Penjelasan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَرَةُ
Wahai orang-orang yang
percaya kepada Allah dan rasul-Nya hendaklah sebagaian dari kamu memberitahukan
kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan
menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala
perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang
dengannya mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran.
Semakna dengan ayat ini ialah firman-Nya :
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat.”(Asy-Syu’ara’,26:24).
Telah diriwayatkan,
bahwa umar berkata ketika turun ayat itu,”wahai Rasulullah, kita menjaga diri
sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita ? “Rasulullah saw.
Menjawab,”kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan
kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah
penjagaan antara diri mereka dengan neraka.”
Telah dikeluarkan oleh
ibnul munzir al-hakim di dalam jama’ah akharin, dari ali karramallahu wajhah,
bahwa dia mengatakan tentang ayat itu, ajarilah dirimu dan keluargamu kebaikan
dan didiklah mereka. Yang dimaksud dengan al-ahl (keluarga) di sini mencakup
istri, anak, budak laki-laki dan perempuan. [3]
2. Tafsir Al-Misbah
Ayat di atas
menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di
atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan
berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan
lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-atyat yang serupa (misalnya ayat memerintahkan
berpuasa) yang tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah dan ibu
sendiri tidak cukup untuk menciptakan
satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh
hubungan yang harmonis.
Bahwa manusia menjadi
bahan bakar neraka, dipahami oleh Thabathaba’i dalam arti manusia terbakar
dengan sendirinya. Menurutnya ini sejalan dengan QS. Al-Mu’min 40:72
Malaikat yang disifati
dengan (غلا ظ) gilazh / kasar bukanlah dalam arti kasar
jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena malaikat adalah
makhluk-makhluk halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut
dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapnnya. Mereka telah diciptakan
Allah khusus untuk menangani neraka. “Hati” mereka tidak iba atau tersentuh
oleh rintisan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan Allah
dengan sifat sadis, dan karena itulah maka mereka (شداد) syidad /
keras-keras yakni makhluk-makhluk yang keras hatinya dan keras pula
perlakuannya. [4]
C. Keluarga Madrasatul Ula
Firman Allah Swt dalam Q.S At-Tahrim
66:6 “jagalah dirimu dan keluargamu ari siksaan neraka”, yang disitu Allah pun
mengenalkan sebuah perintah yang mengisyaratkan “kewajiban” bagi diri kita
untuk melakukan proses “pendidikan” keluarga tanpa batas.
Untuk memahami betapa pedulinya orang
tua terhadap nasib anaknya, bisa seperti pada firman Allah:” Dijadikan indah
pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(Q.S Ali-Imran
3:14, dan juga (dalam firman Allah Swt yang lain) :”harta dan anak-anak
merupakan perhiasan kehidupan dunia.”(QS. Al-Kahfi 18:46)
Al-Quran secara tegas mengingatkan
kepada para orang tua untuk berhati-hati dan cermat dalam memilih pola asuh dan
menyelenggarakn pendidikan keluarga, seperti yang termaktub dalam QS. Luqman
31:12-19 yang oleh pra mufassir dijelaskan dengan runtut:
pertama, tidak boleh tidak (tak ada tawar
menawar, dan merupakan harga mati) ada sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap
orang tua sebelum melakukan aktivitas pendidikan bagi anak-anaknya yaitu:
mendidik dirinya, dengan membenahi karekter diri sendiri (menyiapkan diri
sebagai orang tua yang akan berperan sebagai pendidik). Yang arti pentingnya
dijelaskan dalam QS. Luqman 31:12, “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah
kepada luqman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah , maka sesungguhnya ia
bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia bersyukur (kepada Allah) maka
sesunguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji.
kedua, menyelenggarakan pendidikan keluara
yang berwawasan tauhid kepada anak, yang utamanya dilaksanakan dalam bentuk
“tausiyah” (nasihat). Sebagaimana firman Allah dalam QS. Luqman 31 :13 Dan
(ingatlah) ketika luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya.: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, adalah kezaliman yang sangat besar.
ketiga, melakukan pembinaan akidah-akhlak
melalui proses transformasi nilai dan budaya (ta’dib) sebagaimana yang
dijelaskan dalam QS Luqman1 : 14-15 dan kami perinyahkan kepada manusia
(berbuat baik kepada
keempat, melakukan pembinaan jiwa sosial anak,
yang utamanya melalui proses ta’lim dan tarbiyyah (transformasi keilmuan dan
pembiasaan). Sebagaimana yang antara lain dinyatakan oleh Allah swt dalam
firman-Nya : lukman berkata : hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya
Allah maha halus lagi maha mengetahui . hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuata
yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman 31
16-17). [5]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keluarga merupakan tempat kembalinya
kita setelah menjalankan aktivitas seharian. Seperti yang terdapat dalam QS.
At-tahrim bahwa Allah swt telah berfirman agar menjaga keluaraga dari siksa api
neraka. Untuk itu agar senantisa menjaga baik-baik keluarga dengan mencontohkan
akhlak yang baik kepada sesama anggota keluarga agar tercipta hunbungan yang
harmonis, saling menghormati, dan mengasihi sesama anggota keluarga
B. Saran
keluarga merupakan inspirasi pertama
dalam melakukan sesuatu untuk itu kita harus menjadikan keluarga sebagai hal
yang diutamakan terlebih dahulu. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
http//respositiory.ump.ac.id
http//repository.umy.ac.id
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir
Al-Maraghi Juz 28. Semarang: Toha Putra.
Shihab,M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta:
Penerbit Lentera Hati.
BIODATA

Nama : Eva Husnul Khotimah
Temat
Tanggal Lahir : Pemalang, 12 November
1998
Alamat : Jl. Melati Ds. kabunan taman
pemalang
Riwayat
Pendidikan :a. SD Negeri 02 Kabunan
b. SMP
Negeri 3 Taman
c. SMA
Negeri 2 Pemalang


[1] http://respository.ump.ac.id
(diakses pada 30 Oktober 2018 pukul 16.00)
[2] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang : Toha
Putra,1993), hlm. 261
[3] Ibid, hlm 262
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta : Lentera Hati, 2002),
hlm. 327
[5] http://respository.umy.ac.id
(diakses pada 31 Oktober 2018 pikul 19.00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar