Sabtu, 08 Desember 2018

TTB I1


Objek Pendidikan “Langsung” (direct) Dalam Al-Quran 
Q.S At-Tahrim ayat 6
Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, MSI

Description: Description: Description: Description: C:\Users\TIYAS\Documents\Cover\Screenshot_2017-09-01-17-51-35-1.png

Disusun oleh :
Eva Husnul Khotimah (2117202)
Kelas : B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018

Kata Pengantar
Segala puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah tafsir tarbawi. Penulis mengucapkan terima kasih yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekalonagan , 31 Oktober 2018

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................        ii
DAFTAR ISI  ..............................................................................................       iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..................................................................................        1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................        1
C.     Tujuan Penulisan  ..............................................................................        1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Keluarga ..............................................................................        2
B.     Dalil Keluarga sebagai Tumpuan Harapan ........................................        4
C.     Keluarga : Madrasatul Ula ................................................................        7

BAB III PENUTUP
A.    Simpulan ...........................................................................................        9
B.     Saran .................................................................................................        9





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Kelurga merupakan hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia tanpa adanya kelurga manusia akan merasa sendirian untuk itu keluarga sanagat dibutuhkan sebagai tempat bersandar dan berkeluh kesah. Dengan itu keluarga haruslah saling memelihara satu satu lain. Ayah dan ibu sangat berperan untuk mendidik anak-anaknya terutama dalam hal akhlak. Sebagaimana dalam QS, At-Tahrim ayat 6 yang artinya hai orang-orang yang berfirman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjagannya malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Oleh karena itu keluarga fungsi keluarga sanagtlah berperan dalam pembentukan karakter anak-anak dan akhlak mereka ketika dewasa nanti. Seperti menanamkan nilai-nilai agama di dalam kehidupan sehari-hari yang akan membuat keluarga menjadi harmonis dan penuh dengan cinta dan kasih sayang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hakikat keluarga ?
2.      Dalil yang menunjukkan tentang keluarga sebagai tumpuan harapan ?
3.      Apa pengertian keluarga madrasatul ula ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian hakikat keluarga
2.      Untuk mengetahui dalil tentang keluarga sebagai tumpuan harapan
3.      Untuk mengetahui tentang keluarga madrasatul ula

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Keluarga
1.      Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sumber inspirasi pertama dalam melakukan sesuatu. Contoh tingkah laku baik buruk seseorang. Secara etimologis keluarga dalam istilah jawa terdiri dari dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamya.
Menurut sunarto keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembetulan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Dalam konsep islam kata keluarga dipersentasikan melalui kata ahl. Kata ini terdapat dalam al-quran dengan mempunyai arti yang bermacam-macam. Misalnya dalam QS. Al-Baqarah : 126, kata keluarga diartikan sebagai sebagai penduduk suatu negeri. Dalam QS. An-Nisa : 58 mengartikan keluarga sebagai orang yang berhak menerinma sesuatu. Selebihnya kata ahl dalam al-quran ditunjjukan pada arti kumpulan laki-laki dan perempuan yang diikat oleh tali pernikahan dan di dalamnya terdapat orang yang menjadi tanggunganny, seperti anak
Peran orang tuabagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan dalam kebaikan, dan keluargamengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesaui. [1]

2.      Fungsi Keluarga
A.    Fungsi agama dilakasanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan berupa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan ketakwaan mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah tuhan dan menjauhi larangannya
B.     Fungsi biologis
Fungsi biologis dadalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia.
C.     Fungsi Perlindungan
Setiap anggota berkeluarga berhak mendapat perlindungan dari aggota keluarga lainnya. Sebagai kepala keluarga dalam keluarga, seirang ayah hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya secara tepat.
D.    Fungsi kasih sayang
Setiap anggota keluarga harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih sayang kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Dan jika telah memiliki anak maka orang tua hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya secara tepat.
E.     Fungsi pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan martabat dan peradaban manusia. Sebagai seorang pemimpin keluarga dalam keluarg, seorang kepala keluarga hendaknya memberikan bimbingan dan pendidikan bagi setiap anggota keluarga, baik itu istri maupun anak-anaknya.


B.     Dalil Keluarga Sebagai Tumpuan Harapan
QS. At-Tahrim 66:6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
1.      Tafsir Al-Maraghi
Penafsiran Kata-kata Sulit
قُوا أَنْفُسَكُمْ   Qu Anfusikum : jadilah dirimu itu pelindung dari api neraka dengan meninggalkan maksiat
وَاَهْلِيكُم      Wa Ahlikum : membawa kelurgamu kepada hal itu dengan nasehat pelajaran
اَلْوَقُوْد        Al-Waqud : kayu bakar
اَلْحِجَارَةُ      Al-Hijarah : berhala-berhala yang disembah

Pengertian Secara Umum
Sesudah Allah memerintahkan kepada sebagian istri-istri nabi saw. Untuk bertaubat dari kesalahan yang terlanjur dilakukan dan menjelaskan kepada mereka bahwa Allah akan menjaga dan menolong rasul-Nya hingga kerja sama mereka untuk menyakitinya tidak akan membahayakannya, kemudian memperingatkan mereka agar tidak berkepanjangan dalam menentangnya karena khawatir akan ditalak dan dijatuhkan dari kedudukannya yang mulia sebagai ibu-ibu kaum mukminin, karena digantikan dengan istri-istri yang lain dari wanita-wanita mukmin yang saleh, dia memerintahkan kaum mukmin pada umumnya untuk menjaga diri dan keluarga dari neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan berhala-berhala pada hari kiamat. Yaitu pada hari dikatakan kepada orang-orang kafir,” Janganlah kamu beruzur karena waktunya sudah terlambat. Kamu itu menerima balasan dari apa yang kamu lakukan didunia. “ kemudian dia memerintahkan orang-orang mukmin agar meninggalkan kesalahan-kesalahan mereka dan bertaubat dengan taubat nasuh, sehingga mereka menyesali kekeliruan-kekeliruan yang terlanjur mereka lakukan dan kemauan kuat untuk tidak mengulanginya pada waktu yang akan datang supaya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh nikmat.[2]
Penjelasan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَرَةُ 


Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya hendaklah sebagaian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran.


Semakna dengan ayat ini ialah firman-Nya :
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”(Asy-Syu’ara’,26:24).
Telah diriwayatkan, bahwa umar berkata ketika turun ayat itu,”wahai Rasulullah, kita menjaga diri sendiri. Tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita ? “Rasulullah saw. Menjawab,”kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan antara diri mereka dengan neraka.”
Telah dikeluarkan oleh ibnul munzir al-hakim di dalam jama’ah akharin, dari ali karramallahu wajhah, bahwa dia mengatakan tentang ayat itu, ajarilah dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka. Yang dimaksud dengan al-ahl (keluarga) di sini mencakup istri, anak, budak laki-laki dan perempuan. [3]
2.      Tafsir Al-Misbah
Ayat di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-atyat yang serupa (misalnya ayat memerintahkan berpuasa) yang tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah dan ibu sendiri tidak cukup untuk  menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.
Bahwa manusia menjadi bahan bakar neraka, dipahami oleh Thabathaba’i dalam arti manusia terbakar dengan sendirinya. Menurutnya ini sejalan dengan QS. Al-Mu’min 40:72
Malaikat yang disifati dengan (غلا ظ) gilazh / kasar bukanlah dalam arti kasar jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena malaikat adalah makhluk-makhluk halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapnnya. Mereka telah diciptakan Allah khusus untuk menangani neraka. “Hati” mereka tidak iba atau tersentuh oleh rintisan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan Allah dengan sifat sadis, dan karena itulah maka mereka (شداد) syidad / keras-keras yakni makhluk-makhluk yang keras hatinya dan keras pula perlakuannya. [4]

C.    Keluarga Madrasatul Ula
Firman Allah Swt dalam Q.S At-Tahrim 66:6 “jagalah dirimu dan keluargamu ari siksaan neraka”, yang disitu Allah pun mengenalkan sebuah perintah yang mengisyaratkan “kewajiban” bagi diri kita untuk melakukan proses “pendidikan” keluarga tanpa batas.
Untuk memahami betapa pedulinya orang tua terhadap nasib anaknya, bisa seperti pada firman Allah:” Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(Q.S Ali-Imran 3:14, dan juga (dalam firman Allah Swt yang lain) :”harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia.”(QS. Al-Kahfi 18:46)
Al-Quran secara tegas mengingatkan kepada para orang tua untuk berhati-hati dan cermat dalam memilih pola asuh dan menyelenggarakn pendidikan keluarga, seperti yang termaktub dalam QS. Luqman 31:12-19 yang oleh pra mufassir dijelaskan dengan runtut:
 pertama, tidak boleh tidak (tak ada tawar menawar, dan merupakan harga mati) ada sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap orang tua sebelum melakukan aktivitas pendidikan bagi anak-anaknya yaitu: mendidik dirinya, dengan membenahi karekter diri sendiri (menyiapkan diri sebagai orang tua yang akan berperan sebagai pendidik). Yang arti pentingnya dijelaskan dalam QS. Luqman 31:12, “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada luqman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah , maka sesungguhnya ia bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya ia bersyukur (kepada Allah) maka sesunguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji.
 kedua, menyelenggarakan pendidikan keluara yang berwawasan tauhid kepada anak, yang utamanya dilaksanakan dalam bentuk “tausiyah” (nasihat). Sebagaimana firman Allah dalam QS. Luqman 31 :13 Dan (ingatlah) ketika luqman  berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya.: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, adalah kezaliman yang sangat besar.
 ketiga, melakukan pembinaan akidah-akhlak melalui proses transformasi nilai dan budaya (ta’dib) sebagaimana yang dijelaskan dalam QS Luqman1 : 14-15 dan kami perinyahkan kepada manusia (berbuat baik kepada
 keempat, melakukan pembinaan jiwa sosial anak, yang utamanya melalui proses ta’lim dan tarbiyyah (transformasi keilmuan dan pembiasaan). Sebagaimana yang antara lain dinyatakan oleh Allah swt dalam firman-Nya : lukman berkata : hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui . hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuata yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman 31 16-17). [5]



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Keluarga merupakan tempat kembalinya kita setelah menjalankan aktivitas seharian. Seperti yang terdapat dalam QS. At-tahrim bahwa Allah swt telah berfirman agar menjaga keluaraga dari siksa api neraka. Untuk itu agar senantisa menjaga baik-baik keluarga dengan mencontohkan akhlak yang baik kepada sesama anggota keluarga agar tercipta hunbungan yang harmonis, saling menghormati, dan mengasihi sesama anggota keluarga 

B.     Saran
keluarga merupakan inspirasi pertama dalam melakukan sesuatu untuk itu kita harus menjadikan keluarga sebagai hal yang diutamakan terlebih dahulu. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA
http//respositiory.ump.ac.id
http//repository.umy.ac.id
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 28. Semarang: Toha Putra.
Shihab,M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Penerbit Lentera Hati.


















BIODATA

Nama                              : Eva Husnul Khotimah
Temat Tanggal Lahir  : Pemalang, 12 November 1998
Alamat                 : Jl. Melati Ds. kabunan taman pemalang
Riwayat Pendidikan :a. SD Negeri 02 Kabunan
                                   b. SMP Negeri 3 Taman
                                    c. SMA Negeri 2 Pemalang




[1] http://respository.ump.ac.id (diakses pada 30 Oktober 2018 pukul 16.00)
[2] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang : Toha Putra,1993), hlm. 261
[3] Ibid, hlm 262
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 327
[5] http://respository.umy.ac.id (diakses pada 31 Oktober 2018 pikul 19.00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar