Sabtu, 08 Desember 2018

TTB J3 OBJEK PENDIDIKAN “INDIRECT” KAUM MUSLIMIN UMAT TERBAIK (QS. AL IMRAN , 3:11)


OBJEK PENDIDIKAN “INDIRECT”
KAUM MUSLIMIN UMAT TERBAIK
(QS. AL IMRAN , 3:11)
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing: Muhammad Gufron, M.S.I

Disusun oleh kelompok  : 10
Minkhatul izzah
2117215
KELAS : B


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kata ummah terselip makna-makna yang dalam. Ia mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang  jelas dan cara hidup. Untuk menuju pada satu arah ,harus jelas jalannya, serta harus gerak maju dengan gaya dan cara tertentu, dan pada saat yang membutuhkan waktu untuk mencapainya. Dalam konteks sosiologi , umat adalah himpunan manusia yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah yang sama, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis dibawa kepempimpinan bersama. Dalil yang menerangkan  muslimin sebagi umat terbaik tertera pada Q.S ali imran ayat 110 yang artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada allah. Sekiranya ahl-kitab beriman, tentulah itu baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Ayat ini menegaskan bahwa usaha yang nyata , yang kongkrit yaitu kamu menjadi sebaik-baik umat yang dikeluarkan antara manusia didunia ini. Derajat yang paling tinggi sebaik-baiknya umat yaitu  memenuhi 3 syarat : amar ma’ruf, nahi munkar , iman kepada allah. Apabila telah mengakui dan merasakan beriman kepada allah , timbullah kebebasan jiwa. Maka percaya kepada allah , itulah yang menghilangkan segala rasa takut, ragu, waham dan syal wasangka.
Islam membangun terdepan membangun peradaban dengan cara membentuk pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak-anak indonesia bersifat amar ma’ruf nahi munkar, karakter yang mengajak pada kebaikan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk. Supaya anak indonesia terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana hakikat umat?
2.      Bagaimana dalil yang menerangkan tentang kaum muslim umat terbaik?
3.      Bagaimana agar islam menjadi terdepan dalam membangun peradaban?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas , tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1.      Memahami hakikat umat
2.      Memahami dalil tentang umat yang terbaik
3.      Memahami islam menjadi terdepan membangun peradaban













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat umat
Kata ummah digunakan untuk menunjuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama, baik menghimpun secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Ikatan persamaan apapun yang menyatukan makhluk hidup (manusia atau binatang) seperti jenis,bangsa,suku,agama,ideologi,waktu,tempat dsb. , ikatan itu telah melahirkan satu umat dan dengan demikian, seluruh anggotanya adalah bersaudara.
Dalam kata ummah terselip makna-makna yang dalam. Ia mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang  jelas dan cara hidup. Untuk menuju pada satu arah ,harus jelas jalannya, serta harus gerak maju dengan gaya dan cara tertentu, dan pada saat yang membutuhkan waktu untuk mencapainya. Dalam konteks sosiologi , umat adalah himpunan manusia yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah yang sama, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis dibawa kepempimpinan bersama.[1]

B.     Dalil tentang kaum muslim umat terbaik
QS. Ali Imran ayat 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

1.      Tafsir al-misbah
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada allah. Sekiranya ahl-kitab beriman, tentulah itu baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Kamu, wahai seluruh umat Muhammad dari generasi ke generasi berikutnya, sejak dahulu dalam pengetahuan allah adalah umat yang terbaik karena adanya sifat-sifat yang menghiasi diri kalian. Umat yang dikeluarkan yakni diwujudkan dan ditampakkan untuk manusia seluruhnya sejak nabi adam hingga akhir zaman. Ini karena kalian adalah umat yang terus-menerus tanpa bosan menyuruh kepada yang makruf yakni apa yang dinilai baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai ilahi dan mencegah yang munkar yakni yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur, pencegahan yang sampai pada batas menggunakan kekuatan dan karena kalian berfirman kepada allah dengan iman yang benar sehingga atas dasarnyakalian percaya dan mengamalkan tuntunan-Nya dan tuntunan rosul-Nya, serta melakukan amr makruf dan nahi munkar itu sesuai dengan cara dan kandungan yang diajarkannya.[2]
2.      Tafsir Ibnu Katsir
Allah berfirman “kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia.” Al bukhori meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata “kamu adalah sebaik-baik manusia atas manusia lainnya, dahulu kamu datang kepada mereka, sedang lehermu masih dibelenggu, sebelum kamu masuk islam.” Demikian pula menurut riwayat ibnu abbas dan sejumlah tabi’in berkata “mereka adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya. Oleh karena itu allah berfirman “kamu menyuruh kepada sang makruf, melarang dari yang munkar dan beriman kepada allah.” Imam ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu lahab dia berkata “seseorang bangkit dan menuju nabi saw ketika beliau diatas mimbar lalu bertanya “ya rosulullah siapakah manusia yang paling baik?” beliau bersabda “manusia yang paling baik ialah yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang munkar, paling gencar melarang kemungkaran dan paling rajin bersilaturrahmi”. Ayat diatas mencangkup seluruh umat pada setiap abad. Sebaik-baiknya era manusia ialah era manusia pada saat nabi muhammad saw diutus, kemudia era generasi sesudahnya. Sebagaimana allah berfirman dalam ayat ini “demikianlah kami telah menjadikan kamu sebagai umat pilihan agar kamu menjadi para saksi bagi umat manusia”.
Dalam sahihan ditegaskan pada hadist yang diriwayatkan oleh az-zuhri dari said bin musayyab bahwa abu hurairah menceritakan kepadanya “saya mendengar rasulullah saw. Bersabda, akan masuk surga segolongan umatnya sebanyak 70 ribu orang. Wajahnya bersinar seterang bulan pada malam purnama. Thabrani meriwayatkan dari imran bin husin , dia berkata bahwa : rasulullah saw bersabda “ umat yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa melalui azab sebanyak 70 ribu orang .” kemudian ditanyakan , “siapakah mereka itu ?” beliau bersabda , “ mereka adalah orang yang tidak berobat dengan menggunakan jampi-jampi, tidak berobat dengan tusukan besi panas, tidak menjadikan burung sebagai filsafat dan hanya kepada tuhannya mereka berserah diri.”[3]
3.      Tafsir al-azhar
“kamu adalah sebaik-baik umat yang telah dikeluarkan antara manusia, (karena) kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang perbuatan yang munkar serta percaya kepada allah”.
Ayat ini menegaskan bahwa usaha yang nyata , yang kongkrit yaitu kamu menjadi sebaik-baik umat yang dikeluarkan antara manusia didunia ini. Derajat yang paling tinggi sebaik-baiknya umat yaitu  memenuhi 3 syarat : amar ma’ruf, nahi munkar , iman kepada allah. Apabila telah mengakui dan merasakan beriman kepada allah , timbullah kebebasan jiwa. Sebab percaya kepada allah tidak memberi tempat untuk mempersekutukan kepercayaan kepada orang lain dengan kepercayaan kepada allah. Orang yang beriman kepada allah , bebas merdekalah dari pengaruh yang lain,sebab yang lain makhluk tuhan belaka. Keimanan kepada allah menghilangkan ketakuran dan dukacita menimbulkan daya hidup.
Suatu masyarakat yang mencapai martabat setinggi-tingginya dalam dunia ialah bilamana dia mempunyai kebebasan. Dan kebebasan ada 3 perkara :
a.       Kebebasan kemauan (iradat)
b.      Kebebasan dalam pikiran
c.       Kebebasan jiwa dari keraguan
Kebebasan itulah pokok pertama bagi seorang pemimpin yang mempunyai cita hendak membawa kaumnya kepada keadaan yang lebih baik. Cita itulah yang mendorongnya untuk mencapai yang lebih sempurna dan lebih bahagia. Sehingga masyarakat tidak membeku (statis) , bahkan berputar terus , mempunyai dinamika untuk mencapai yang lebih sempurna. Sebab cita menimbulkan cipta.
Maka percaya kepada allah , itulah yang menghilangkan segala rasa takut, ragu, waham dan syal wasangka. Percaya kepada itulah yang menumbuh-suburkan rasa tanggungjawab. Orang yang beriman kepada allah adalah berani karena takutnya. Berani menghadapi segala macam bahaya dalam hidup, karena dia takut kepada siksa allah sedudah mati. Maka selama amar ma’ruf nahi mungkar masih ada       selama itu pula islam masih akan tetap hidup dan memberikan hidup. Selam itu pula umat islam akan menjadi yang sebaik-baik umat yang dikeluarkan antara manusia.
“Dan kalau kiranya berimanlah ahlul kitab, sesungguhnya itulah yang baik bagi mereka , (tetapi) antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (ujung ayat 110). Kalau sekiranya berimanlah kepada ahlul kitab sebagai iman, demikian berpusat kepada mentauhidkan allah, diiringi dengan amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi hasil kemerdekaan jiwa , kemerdekaan kemauan, dan kemerdekaan menyatakan pikiran, niscaya itulah yang baik bagi mereka.[4]
4.      Tafsir al lubab
Ayat 110 menjelaskan bahwa umat islam adalah sebaik-baiknya umat karena mereka menegakkan amar ma’ruf dah nahi munkar serta beriman kepada allah swt. Yang maha esa. Ahl-kitab pun dapat memperoleh kebajikan yang sama jika mereka beriman kepada Nabi muhammad saw. Tetapi hanya sedikit diantara mereka yang beriman.[5]
C.     Islam terdepan membangun peradaban
Pendidikan salah satu elemen penting dalam membangun peradaban bangsa, tentunya menuju kearah yang lebih baik. Melalui sebuah proses pendidikan manusia diajak berfikir, mengembangkan potensi, memanfaatkan sumber daya yang ada ,hingga bagaimana berhubungan antara sesama manusia dan alam pun dipelajari. Perlu diketahui pula proses pendidikan tidak hanya sekedar mendidik saja, lebih jauh dari itu bahwa pendidikan juga adalah sebuah proses pembentukan karakter.
Saat ini pendidikan di indonesia masih jauh dari pendidikan berkarakter. Siswa hanya ditekankan agar mendapatkan nilai setinggi mungkin, sementara tidak ada kontrol yang jelas bagaimana upaya mencapainya. Padahal dalam pendidikan berkarakter digambarkan bahwa pendidikan buka hanya berorientasi pada nilai semata , tapi lebih menekankan pada proses pendidikan tersebut sedangkan nilai akhir hanya bahan evaluasi dari hasil proses pendidikan tersebut.
Karakter yang ditanamkan pada anak-anak indonesia bersifat amar ma’ruf nahi munkar, karakter yang mengajak pada kebaikan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk. Supaya anak indonesia terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.
Pendidikan akhlak dalam islam mencangkup segala aspek dalam bersikap. Ketika seorang remaja sudah berakhlak maka dia akan menjadi remaja yang berkarakter. Saat dia tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, maka tentunya dia sudah memiliki prinsip pada dirinya. Hadirnya islam ini diharapkan menjadi agen di garda terdepan dalam menyokong kemajuan bangsa melalui dunia pendidikan. Dalam al-qur’an sudah banyak yang membahas tentang membangun bangsa melalui karakter umat yang unggul, berwibawa, dan bermanfaat bagi orang lain.[6]


















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dalam kata ummah terselip makna-makna yang dalam. Ia mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang  jelas dan cara hidup. Untuk menuju pada satu arah ,harus jelas jalannya, serta harus gerak maju dengan gaya dan cara tertentu, dan pada saat yang membutuhkan waktu untuk mencapainya. Dalam konteks sosiologi , umat adalah himpunan manusia yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah yang sama, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis dibawa kepempimpinan bersama.
Ayat 110 menjelaskan bahwa umat islam adalah sebaik-baiknya umat karena mereka menegakkan amar ma’ruf dah nahi munkar serta beriman kepada allah swt. Yang maha esa. Karakter yang ditanamkan pada anak-anak indonesia bersifat amar ma’ruf nahi munkar, karakter yang mengajak pada kebaikan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk. Supaya anak indonesia terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.
B.     Saran-saran
Kami berharap, setelah apa yang kami kemukakan, bisa diambil manfaatnya oleh semua yang membacanya khususnya kepada para mahasiswa dan mahasiswi IAIN Pekalongan.








DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan  dari Allah : ringkasan tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.

Quraish, M. Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati.

Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Quraish, M. Shihab. 2012. Al-Lubab. Tanggerang: Lentera Hati.



























BIODATA

Nama                           : Minkhatul izzah
TTL                             : Pekalongan , 24 Oktober 1998
Alamat                                    : Ds. Ketitang lor Rt 08 Rw 02 , Bojong ,                Pekalongan      
Riwayat pendidikan    :
1.      TK Cempaka Indah Ketitang Kidul
2.      MIS NU AL- Utsmani
3.      SDN Ketitang kidul
4.      MTS Gondang Wonopringgo
5.      SMK Syafi’i Akrom Pekalongan
6.      IAIN Pekalongan


[1] Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 223
[2] Ibid., hlm. 221
[3] Muhammad Naisb Ar-rifa’i,Kemudahan dari Allah : Ringkasan Tafsir Ibnu Kastir, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 564-565
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 63-71
[5] Quraish Shihab, AL-Lubab,(Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 127

TTB J2 OBYEK PENDIDIKAN INDIRECT “ORANG AWAM OBYEK PENDIDIKAN”


OBYEK PENDIDIKAN INDIRECT
“ORANG AWAM OBYEK PENDIDIKAN”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu Muhammad Ghufron, M. S.I
Disusun oleh:
Rizqi Amaliah (2117214)
KELAS B
JURUSAN PWNDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018

 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang berjudul “Orang awam sebagai objek pendidikan”  ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw., sahabatnya, keluarganya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Kami sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ghufron M. S.I. Yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga menerima saran dan  kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
            Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Amin yaa rabbal ‘alamin. Selamat membaca!





                                                                        Pekalongan, 5 November 2018
                                                                       

Penulis







DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I       PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.       Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................... 1
C.       Tujuan Penulisan Makalah...................................................... 1
BAB II     PEMBAHASAN ......................................................................... 2
A.       Pengertian hakikat orang awam.............................................. 2
B.       Dalil orang awam sebagai objek pendidikan.......................... 3
C.       Bersama sama membangun negeri.......................................... 6
BAB III    PENUTUP.................................................................................... 8
A.       Simpulan................................................................................. 8
B.       Saran-saran ............................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab ke masyarakat dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga negara berhak unutk mendapatkan pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah hakikat orang awam itu?
2.      Bagaimana dalil orang awam sebagai objek pendidikan
3.      Apa yang dimaksud bersama sama membangun negeri?
C.     Tujuan
1.      Unutk mengetahui hakikat orang awam
2.      Unutk mengetahui dalil dari orang awam sebagai objek pendidikan
3.      Unutk mengetahui maksud dari bersama orang membangun negeri








BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hakikat Orang Awam
Manusia adalah keywords yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari dalam dirinnya unutk mengarahkan dirinnya mencapai tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang unutk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna, manusia dapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adannya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
Manusia, didalam Al-quran juga disebut dengan al-nas. Konsep al-nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an-nisa.
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku pencipta karena adalh hak Allah untuk disembha dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati.
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.[1]

B.  Dalil orang awam sebagi objek pendidikan
Q.S An-Nisa, 4:17
أِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْءَ بِجَهَالَةِ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوْبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكاَنَ
اللّهُ عَلِيْماً حَكِيْمَا[2]
“sesungghnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang uang menegerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”[3]
1.    Tafsir al-azhar
Terlanjur berbuat jahat karena kebodohan. Artinnya ada juga orang yang tahu bahwa itu adalah perbuatan jahat, tetapi karena sangat keras dorongan hawa nafsu tidaklah tertahan lagi. Misalnya karena sangat marah, allu memukuli orang, atau karena sangat memuncak syahwat. Setelah diberi nasihat orang, tetapi nasihat itu tidak mempan terhadapnya. Karena hidup belum banyak pengalaman, masih saumpama bodoh. Demi setelah terlanjur berbuat salah, timbullah sesal yang mendalam. Sehingga kesalahan itusendiri sudah menambah pengetahuannya, menghilangkan kebodohannya. Timbul tekanan batin yang amat sangat, lalu dia menyesal dan lekas lekas diperbaikinnya, lekas-lekas tobat.
            Taubat artinnya kembali. Setelah tertempuh jalan yang sangat sesat, tidak tentu ujung. Bertambha lama bertambah terasa gelap, lalu timbul sesal dan segera kembali. Maka dicukupkanlah syarat taubat yang tiga perkara. Pertama menyesal atas perbuatan yang telah terlanjur. Kedua segera mencabut kesalahan yang ada sekarang. Ketiga mengakui dan bertekad tidak akan berbuat lagi. Dan pengakuan salah satu itu bukan kepada manusia, nukan kepada pendeta dan kyai tetapi rahasia antara hati sendiri dengan Allah. Dapat dilihat orang hidupnya yang telah berubah kepada yang lebih baik.
            Kata ahli-ahli tasawuf, jiwa orang yang benar-benar bertaubat karena suatu kesalahan, kadang-kadang jauh lebih maju dalam mendekati Tuhan daripada jiwa orang yang merasa dirinnya tidak bersalah, sehingga pernah juga mereka misalkan, bahwa kadang-kadang orang yang tidak terbangun tengah malam, sehingga tidak sempat mengerjakan shalat tahajjud dan setelah pagi hari merasa menyesal lantaran luput tahajjud, mungkin lebih baik dari yang sempat bangun dan semapt tahajjud, lalu pagi-paginya dia berbangga dengan amalnya.[4]
2.    Tafsir ibnu katsir
            Allah ta’ala berfirman, sesungguhnya Allha hanya akan menerima tobat orang-orang yang melakukan kejahatan karena kebodohan. Kemudian dia bertobat, walaupun setelah melihat dengan jelas malaikat yang akan mencabut rohnya, asal dia belum sekarat. Mujahid dan uhlama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kebodohan ialah setiap orang yang durhaka lantaran salah atau sengaja sebelum dia menghentikan dosannya itu. Abbu Shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “diantara kebodohannya ialah dia melakukan kejahatan itu.” “kemudian mereka bertobat sebeentar” kemudian Ibnu Abbas mengagtakan, “ yang dimkasud sebentar ialah jarak antara keadaan dirinya sampai dia melihat mlaaikat maut. Ad-Dhahak berkata, “masa sebelum terjadinnya kematian disebut dekat.” Al-Hasan berkata “dekat ialah sebelum seseorang sekarat.” Sedangkan Ikrimah berkata, “masa dunia seluruhnya disebut dekat”. Jika terjadi sekarat dan nafas turun naik-naik pada tenggorokan, maka pada saat itu tiada lagi penerimaan tobat, dan lenyaplah sudah kesempatannya. Oleh karena itu, Allah berfirman, tiada tobat bagi orang-orang yang melakukan berbagai keburukan hingga ketika kematiandatang kepada salah seorang diantara mereka, dia berkata, “Kini, aku benar-benar bertobat.” Allah pun menetap kan kepada penghuni bumi mengenai tidak akan diterimannya tobat mereka jika mereka telah melihat matahari terbit dari barat,.[5]
3.    Tafsir Al-Quran dan Tafsirnya
            Allah menjelaskan bahwa taubat dari seseorang itu dapat diterima apabila seseorang melakukan perbuatan maksiat yakni durhaka kepada Allah SWT baik dengan sengaja atau tidak atau dilakukannya karena kurang pengetahuannya, atau karena kurang kesabarannya atau karena kurang benar-benar tidak mengetahui bahwa perbuatan itu terlarang. Kemmudian datanglah kesadarannya, lalu ia menyesal atas perbuatannya dan ia segera bertaubat meminta ampun atas segala kesalahannya dan berjanji dengan sepenuh hatinnya tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut. Orang-orang yang demikianlah yang dapat diterima Allah taubatnya karena Allah Maha Mengetahui akan kelemahan hamba-Nya dan Mengetahui pula keadaan hambanNya yang dalam keadaan lemah, tidak terlepas dari berbuat salah dengan sengaja atau tidak.
            Tingkat orang yang melakukan taubat yang telah diperingatkan ini diperinci oleh para ahli sufi sebagai berikut:
1.    ada orang yang memiliki jiwa yang pada dasarnya sempurna dan selalu dalam kebaikan. Orang yang demikian apabila suatu waktu tanpa kesengajaan berbuat kesalahan walau kecil sekalipun ia akan merasakannya sebagai suatu hal yang sangat besar.
2.    Adakalnnya seseorang memiliki jiwa yang memang pada dasarnya jelek, sehingga segala tindak tanduknya dikemudikan oleh nafsu dan syahwatnya saja. Sifat yang sudah demikian mendalam pada dirinnya dan telah mendarah daging. Setelah sekian lama ia bergelimang dosa dengan memperturutkan kehendak hawa nafsunnya akhirnya datanglah hidayah dan taufik Allah kepadannya sehingga ia sadar dan berjuang untuk memperbaiki tindakannya yang salah dan ia kembali pada tuntuna yang diberikan Allah.
3.    Ada pula orang yang memililki jiwa dimana untuk mengerjakan dosa besar ia dapat mengawasi diri, sehingga ia tak pernah mengerjakannya, kan tetapi mengenai dosa kecil serung terjadi pada dirinnya, perjuangan yang sengit, kadang-kadang mennaglah nafsu dan syahwatnya dan kalahlah petunjuk bhakan kadang-kadang terjadi sebaliknya. Nafsu yang demikian disebut nafsu musawwilah.
4.    Ada pula orang yang memiliki nafsu lawwamah. Orang ini sama sekali tidak dapat menghindarkan diri dari perbuatan salah, baik besar maupun kecil. Apabila ia mengerjakan sosa maka datang kesadarannya dan ia bertaubat mintaampun. Tetapi suatu saat daatng lagi dorongan nafsu syahwatnya untuk berbuat dosa dan ia kerjakan pula dan kemudian bertaubat lagi sesudah dtang kesadarnnya. Dengan begitulah seterusnya, taubat yang demikian itu adalah taubat yang terendah derajatnya, nmaun begitu kepada orang seperti ini tetap dianjurkan supaya selalu mengharap ampunan dari Allah SWT.[6]
C.  Bersama sama membangun Negeri
1.    Sikap pemuda terhadap persoalan bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapakan mampu meningkatkan peran dan mmeberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persolan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinnya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejla sosial dengan mudah dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendikehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penderitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahlnya mengakkan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harusn selesaikan.
Oleh karena itu sikap bersama-sama membnagun negeri yaitu:
a.    Komitmen untuk meningkatkan kemmandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia dimata dunia adalah terpompannya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembanguna sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
b.    Harmonisasi kehidupan sosial dan meningktkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembnag mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
c.    Penyelenggaraan negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dlam satu kesatuan jiwa katan kuncinnya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa dimata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adannyakejelasan visi (kedepan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi dan mengarahkan semangat rakyat secara kolektif, memilikin ssemnag ijtihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membnagkitkan semangat solidaritas. Dan unutk pemuda, mereka harus mampu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang memperesentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi dimasyarakat.[7]








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                        Maka tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi berperang (jihad), namun harus ada juga yang harus belajar mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat penting bagi kukuhnya Islam. manusia seluruhnya merupakan objek pendidikan (tarbiyah dan dakwah), namun adannya prioritas unutk kedua hal tersebut, yaitu dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, kerabat, orang islam, dan kahirnya sesama manusia (non muslim).
B.       SARAN
                       Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah pada kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.














DAFTAR PUSTAKA

Khasinah. Siti. 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat,
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA VOLL. XIII, NO. 2, 296-317.
Shihab. M Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Mustofa. Syaikh Ahmad. 2008. Tafsir fi zhilalil quran. Jakarta Timur: Almahira.

























Referensi:
 






BIODATA MAKALAH:
Nama                                       : Rizqi Amaliah
Temapat Tanggal Lahir           : Pekalongan, 16 Oktober 1999
Alamat                                                : Jl. Dwikora Gg.12 Yosorejo Pekalongan Selatan
Moto                                       : Tetap selalu semangat

RIWAYAT PENDIDIKAN:
TK ABA LANDUNGSARI
SD N 1 LANDUNGSARI
SMP N 7 PEKALONGAN
SMK N 1 PEKALONGAN



[1] Siti Khasinah, “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA VOLL. XIII, NO. 2, 296-317, 2013, hlm. 299
[2] M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm.357
[3] Syaikh Ahmad Mustofa, Tafsir fi zhilalil quran, (Jakarta Timur: Almahira, 2008), hlm. 67
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar juz III, (Jakarta: pustaka panjimas, 2001), hlm. 296-297
[5] Muhammad Nasib Ar-Rifai, Tafsir ibnu katsir, (Jakarta: Maktabah Ma’arif, 2012), hlm. 506-507
[6] M Sonhadji, Tafsir alqur’an dan tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf), hlm. 137-138