Tujuan Pendidikan “Diversifikasi”
Merubah Keadaan (Nasib)
QS. AR-RA’D 13 : 11
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron,M.S.I
Merubah Keadaan (Nasib)
QS. AR-RA’D 13 : 11
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi

Disusun oleh:
Ahmad Hairudin : 2117153
Kelas : A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN)
PEKALONGAN
2018
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasib
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi
takdir adalah ketetapan, ketentuan dan nasib. Sedangkan nasib menurut KBBI
adalah sesuatu yang sudah ditentukan Tuhan atas diri seseorang, takdir.
Jadi, secara bahasa Indonesia sendiri makna
takdir dan nasib itu similar alias sama.
Untungnya kedua kata di atas adalah sama² kata serapan dari Bahasa Arab. Dalam
bahasa Arab kata taqdir adalah bentuk infinitif dari kata qoddaro yuqoddiru
yang artinya menentukan, menetapkan, menghukumi, sesuai dengan ketetapan dan
ketentuan. Jika dikatakan taqdîru amalin artinya waznuhu hasaba qîmatihi
(menimbang amalan tersebut sesuai dengan bobotnya)
Sedangkan kata nasib dalam bahasa Arab,
berasal dari kata nashîb (نصيب)
yang artinya adalah bagian dari sesuatu/bagian sesuatu yang telah ditentukan
baginya.
Kedua kata di atas, taqdir dan nashib terdapat dalam
Al-Qur‟ân.
Mereka itulah yang memperoleh nashib (bagian) dari apa
yang telah mereka kerjakan, dan Allah Maha cepat perhitungan-Nya.[1]
B. Dalil Merubah Nasib
Nash
QS. Ar-Ra‟d / 13 ayat 11
لَهُ مُعَقَّبَا تٌ مِنْ بَيْنِ
يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ الله أِنَّ اللهَ لَا يُغَيّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ وَ اِذَا أَرَادَاللهَ
بِقَوْمٍ سُوْ ءًا فَلَا مَرَدَّ
لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْ نِهِ مِنْ
وَالٍ
Artinya: “ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran,dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum,maka tidak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Qs. Ar-Ra‟d/
13 :
11)
i)
Tafsir
Al-Mishbah
Siapapun,baik yang bersembunyi
dimalam hari atau berjalan terangterangan di siang hari,masing-masing ada
baginya pengikut-pengikut,yakni malaikat-malaikat atau makhluk yang selalu
mengikutinya secara bergiliran,di hadapannya dan juga di belakangnya,mereka,yakni
para malaikat itu menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum dari positif ke negatif atau sebaliknya dari
negatif ke positif sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka,yakni
sikap mental dan pikiran mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum,tetapi ingat bahwa Dia tidak menghendakinya
kecuali jika manusia mengubah sikapnya terlebih dahulu. Jika Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum,maka ketika itu berlakulah ketentuan-Nya yang
berdasar sunnatullah atau hukumhukum kemasyarakatan yang ditetapkan-Nya bila
itu terjadi,maka tidak ada yang dapat menolaknya dan pastilah sunnatullah
menimpanya;dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka yang jatuh atasnya ketentuan
tersebut selain Dia.
ii)
Tafsir
Al-Maraghi
Manusia dikelilingi Empat malaikat . manusia mempunyai
para malaikat yang bergiliran mengawasinya di waktu malam dan siang hari, menjaganya dari bahaya ,dan
mengawasi kedaannya,sebagaimana para malaikat yang lain bergantian mengawasi
perbuatannya. Ada para malaikat di waktu malam dan ada para malaikat diwaktu
siang. Dua masing-masing berada disamping kanan dan kiri untuk mencatat
perbuatannya. Dan dua lain menjaga dan memeliharanya satu dari belakang dan satu lagi dari depan. Jadi ,dia diapit oleh 4
malaikat diwaktu siang dan 4 malaikat diwatu malam secara bergantian , 2
malaikat penjaga dan 2 malaikat pencatat amal.
Perkara
pencatatan tidak Mustahil bagi akal. Para malaikat itu menjaga manusia dengan
perintah,izin,dan
pemeliharaan Allah Ta‟ala). Ibnu Abbas
mengatakan ,mereka adalah para malaikat yang mengawasi di waktu malam, mencatat
perbuatan manusia, dan menjaganya dari depan dan belakangnya. Penjagaan ini
atas perintah dan izin Allah , karena tidak ada seorangpun diantara para
malaikat dan makhluk lain yang dapat melindungi seseorang dari ketetapan Allah
atasnya kecuali dengan perintah dan izin-Nya.
Maka jika datang takdir Allah, para malaikat itu meninggalkannya. Ali
mengatakan tidak ada seorang hambapun kecuali Dia disertai oleh para malaikat
yang menjaganya dari tertimpa dinding,jatuh kesumur,dimakan binatang
buas,tenggelam atau terbakar. Tetapi, jika takdir datang,mereka akan
meninggalkannya.
Kezaliman
: Pertanda Rusaknya Kemakmuran ”sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang
ada pada suatu kaum”,berupa nikmat serta kesehatan,lalu mencabutnya dari
mereka,”sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”,seperti
kezaliman sebagian mereka terhadap sebagian yang lain,dan kejahatan yang
menggerogoti tatanan masyarakat serta menghancurkan umat,seperti bibit penyakit
menghancurkan individu
“Apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum”
seperti penyakit kemiskinan dan musibah lain yang di sebabkan oleh olah mereka
sendiri, maka tidak ada seorangpun yang dapat melindungi mereka dari padanya,
tidak pola menolak apa yang telah ditakdirkan Allah kepada mereka.
Mereka tidak
mempunyai –selain Allah ta‟ala-seorang yang dapat menolong mereka, sehingga
mendatangkan manfaat dan menolak kemudaratandari mereka tuhan – tuhan yang
mereka jadikan tidak dapat melakukan sedikitpun dari semua itu, tidak pula
dapat menolak bahaya dari dirinya
sendiri, lebih-lebih menolaknya dari yang lain. [2]
iii) Tafsir Ibnu Katsir
“Bagi mnusia ada malaikat –malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya” . yakni seorang hamba
memiliki sejumlah malaikat yang datang bergantian. Malaikat itu menjaganya
malam dan siang serta memeliharanya dari aneka keburukan dan kejadian. Malaikat
lainpun datang bergantian untuk menjaga amal hamba baik yang baik maupun yang
buruk.
“
Mereka menjaganya atas perintah Allah.” Mereka menjaganya atas perintah Allah
dengan seizin Allah .
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mreka merubah yang ada pada diri mereka sendiri.“ ibnu Abbas Hatim
meriwayatkan dari ibrahim, dia berkata: Allah mewahyukan kepada salah satu
seorang nabi Bani
Israil : katakanlah kepada kaummu ,” Tidaklah penduduk
suatu negeri dan tidaklah penhuni suatu rumah ang berada dalam ketaatan kepada
Allah,kemudian mereka beralih kepada kemaksiatan terhadap Allah melainkan Allah
mengalihkan dari mereka apa yang mereka cintai kepada apa yang mereka benci.”
Kemudian ibrahim berkata: pembenaran atas pernyataan itu terdapat pada kitab
Allah
,”sesungguhnya
Allah tidah mengubah keadaan suatukaum sehingga mereka mengubah apa yang ada
pada diri mereka.”
C.
Aplikasi
dalam kehidupan sehari- hari
Dari Qs. Ar-Ra‟d ayat 11 ini
dapat kita praktikan dalam kehidupan seharihari yakni ketika akan melakukan
sesuatu selalu diawali dengan niat dibarengi dengan do‟a dan dengan usaha yang
sungguh-sungguh untuk menggapai sesuatu atau cita-cita yang kita inginkan,
berdoa dengan sungguh-sungguh agar usaha yang kita lakukan itu berjalan dengan
baik dan lancar, berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu amal karena Allah
telah memerintahkan kepada malaikat untuk mengawasi dan menjaga kita di waktu
siang hari dan malam hari dimanapun kita berada.
D.
Aspek
Tarbawi
1.
Perteballah
keimanan kita kepada Allah SWT; kepada malaikat-malaikat-Nya; kepada
kitab-kitab-Nya; kepada Rasul-rasul-Nya; kepada Hari Akhir serta kepada qadha dan qadar (Takdir).
2.
Allah
telah memerintahkan malaikat untuk mengawasi, menjaga serta mencatat amal
perbuatan kita,maka berhati-hatilah dalam segala hal.
3.
Janganlah
khawatir atau takut kepada sesama makhluk cipatan-Nya karena Allah telah
mengirimkan malaikat malam dan siang untuk menjaga kita,maka takutlah
hanya kepada Allah SWT semata.
4.
Hendaklah
kita selalu berdoa dibarengi dengan niat serta berusaha agar apa yang kita
inginkan itu tercapai
5.
Hendaknya
kita harus berusaha mencapai kehidupan yang lebih bahagia dan lebih maju,
tetapi kitapun mesti insaf bahwa tenaga kita sebagai insan amat terbatas.
6.
Hendaknya
kita harus berusaha sendiri merubah nasib kepada yang lebih baik,mempertinggi
mutu diri dan mutu amal ,melepaskan diri dari perbudakan dari yang selain
Allah.[3]
[1]
https://alwasathiyah.com/2017/06/12/qa-perbedaan-antara-takdir-dan-nasib/
diakses pada hari rabu, 3 okktober 2018, pukul 22:29
[2] Syekh Muhamad Musthafa, Terjemah
Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta : Sumber Ilmu, 1986) hlm 65-67
[3] Amirus Sodi, Konsep Kesejahteraan dalam Islam, Jurnal Ekonomi Syariah, EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 2, Desember 2015, hlm 23