TUJUAN GENERAL DALAM
PENDIDIKAN QUR’AN
“IBADAH KEPADA ALLAH
SWT”
(HUD : 61)
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, MSI
Disusun oleh :
Ayu Nurin Fika (2117106)
Kelompok 5
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji
dan syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. beserta para keluarga, sahabat dan
para umatnya yang insyaallah setia sampai akhir zaman. Makalah ini disusun guna
melengkapi tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi. Dalam penyusunan makalah ini,
kami telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal
mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami
menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang kami miliki.
Oleh sebab itu pada
kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak
Muhammad Hufron, MSI. selaku
dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat kami
butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan teman-teman maupun
pihak lain yang berkepentingan.
Wassalmu’alaikum Wr.Wb.
Pekalongan, 4 Oktober 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sering dijumpai bahwasannya banyak
orang yang salah paham dalam mengartikan suatu ayat yang terkandung dalam AlQur’an, sehingga
orang bisa saja mengartikan ayat tersebut secara pengetahuannya sendiri tanpa
melihat berbagai sumber termasuk tafsir-tafsir yang suah ada. Seperti yang
kita ketahui, Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw dengan perantara malaikat Jibril as secara berangsur angsur yang berfungsi
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk bagi manusia agar
selamat dunia dan akhirat.
Oleh karena itukita ambil contoh
surat Hud 11:61 tentang Ibadah kepada Allah SWT. Kita semua tahu bahwasanya
Allah merupakan Zat yang wajib di sembah. Seperti halnya kisah Nabi Shaleh AS
dan kaumnya yaitu kaum Tsamud, serta kekuasaan Allah SWT dalam membinasakan
orang-orang yang zalim. Inilah yang mewajibkan kita untuk senantiasa beribadah
kepada Allah dan menyembah-Nya agar senantiasa selamat dunia maupun akhirat. Tugas
manusia di muka bumi ini adalah memakmurkan bumi, mensejahterakannya serta
menjaganya sebagai tempat yang tetap. Sebagaimana terurai dalam Al-Qur’an surat
HUD ayat 61 berikut ini yang akan di uraikan dibawah ini secara sistematis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
ibadah kepada Allah SWT ?
2.
Dalil yang
menunjukkan tentang ibadah kepada Allah SWT ?
3.
Apa saja sifat
wajib dan jaiz bagi Allah SWT ?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk
mengetahui apa pengertian ibadah kepada Allah SWT
2.
Untuk
mengetahui dalil tentang ibadah kepada Allah SWT
3.
Untuk
mengetahui sifat sifat wajib dan jaiz yang ada pada Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ibadah Kepada Allah SWT
Menurut bahasa ibadah berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk
(al-khudlu). Secara etimologis ibadah berasal dari kata abada, yu’budu,’abdan,
fahuwa’aabidun. Kata aabidun itu berarti budak atau hamba.Dapat dikatakan bahwa
ibadah adalah perbuatan atau pernyataan tentang bukti ke patuhannya terhadap
Allah yang di dasarkan oleh peraturan agama serta hati yang ikhlas.
Ibadah kepada Allah merupakan sesuatu hal yang wajib bagi semua
umat muslim untuk di kerjakan. Sabagai hubungan manusia
dengan Allah (hablum minallah), selain itu ada juga hubungan dengan
alam serta hubungan manusia dengan manusia.
Ibadah adalah inabah (kembali kepada Allah dengan segala urusan). Ibadah
adalah sebuah istilah yang mencakup seluruh aktivitas yang disukai dan di
ridhoi Allah dan mendapat ridhaNya, baik berupa perkataan atau perbuatan yang
diperintahkan dan dianjurkan oleh Allah untuk dilaksanakan. Baik berbuat
jasmaniah (sholat, zakat, haji) ataupun perbuatan batiniyah (mencintai Allah
dan RasulNya, takut kepada Allah, tawakkalmeminta pertolongan kepadaNya dsb)[1]
B.
Dalil ibadah
kepada Allah SWT
Surat Hud 11:61
والى ثموداخاهم صلحا قال يقوم اعبدالله مالكم مّن اله غيره هوانشاكم مّن
الرض وستعمركم فيها فستغفروه ثمّ توبوا اليه انّ ربّي قريب مّجيب
61. dan kepada Tsamud (kami utus) saudara
mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah)
dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, وَkemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
[726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai
dan memakmurkan dunia.
Dalam tafsir Ibnu Katsier
Allah
berfirman, “ Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud seorang Rasul, ialah
saudara mereka sendiri yakni Shaleh, yang berseru kepada mereka agar menyembah
kepada Allah yang telah menciptakan mereka dari tanah (bumi) dan menjadikan
mereka berkuasa di atasnya, mengelolanya untuk kepentingan hidup dan kemakmuran
mereka. Karenanya sebagai imbalan, Sholeh berkata kepada mereka
“Beristighfarlah (mohon ampun) kamu atas dosa-dosa kamu yang lalu, kemudian
bertaubatlah dari melakukan dosa yang akan datang. Sesungguhnya Tuhanku adalah
dekat yang mendengar doa-doa hambanya serta memperkenankannya. Kaum Tsamud
tersebut adalah penduduk “al-Hijir” sebuah kota terletak antara Tabuk dan
Madinah.[2]
Dalam tafsir Al Maraghi
والى
ثموداخاهم صلحا قال يقوم اعبدالله مالكم مّن اله غيره
Dan kepada kaum
Tsamud, Kami utus kepada mereka,Shalih. Shalih berkata “Hai kaumku, sembahlah
allah, sekali kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.”
Kata kata ini
seperti halnya yang telah kita baca, yaitu mengenai penyampaian dakwah yang
dilakukan oleh nabi Hud as.
هوانشاكم
مّن الرض
Allahlah yang
telah memulai penciptaan kalian dari tanah. Yaitu yang pertama daripadanya
Allah menciptakan Adam, nenek moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian
dari sari pati yang berasal dari tanah. Juga melewati berbagai macam perantara
karena sperma (nuthfah) yang berubah menjadi sesuatu yang melekat pada uterus
(alaqah) kemudian berubah pula menjadi gumpalan daging (mudghah) kemudian
menjadi kerangka tulang yang dbalut dengan daging. Asal semuanya adalah
darah,sedang darah itu berasal dari makanan. Makanan itu kadang terdiri dari
tumbuhan yang hidup diatas tanah, kadang terdiri dari daging yang berasal dari
tetumbuhan yang telah melewati satu tahapan atau lebih.
وستعمركم
فيها
Dan Allah
menjadikan kalian orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya bahwa kaum
nabi Shalih itu ada yang menjadi petani, pengrajin, dan ada pula tukang batu,
sebagaimana tercantum dalam ayat lain :
“dan mereka
memahat rumah rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.”
(al-Hijr 15:82)
Kesimpulannya :
sesungguhnya Allahlah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan
menganugerahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan diatas bumi.
Maka tidaklah takut kamu menyembah Allah, karena Allah lah yang berjasa dan
memberi anugrah kepada kalian. Oleh karena itu bersyukur kepadanya adalah
kewajibanmu, dengan cara beribadah kepadaNya semata-mata dengan ikhlas.
فستغفروه
ثمّ توبوا اليه
Maka mohonlah
kepada allah atas dosa-dosamu yang lalu karena kemusyrikanmu dengan
mempersekutukan Allah kepada yang lai, juga atas kejahatan kejahatan yang telah
kamu lakukan. Kemudian kembalilah kalian kepadaNya dengan memohon taubat tiap
kali kamu terlanjur melakukan suatu dosa, semoga Dia mengampuni kalian.
انّ
ربّي قريب مّجيب
Sesungguhnya
Tuhanku maha dekat kepada hamba-hambaNya, tidak samar bagiNya permohonan ampun
mereka maupun dorongan yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun,
Allah juga maha pengampun juga maha mengabulkan doa bagi siapapun yang berdoa
kepadaNya dan memohon, apabila dia seorang mukmin yang ikhlas. [3]
Dalam tafsir Al Ahzar
Dan kepada
Tsamud, saudara mereka Shalih, dia berkata : “ Hai kaumku,! Sembahlah olehmu
akan Allah, tidaklah bagimu Tuhan selain Dia. Dia lah yang menciptakan kamu
dari bumi dan meramaikan kamu dalamnya, maka mohonlah ampun kepadaNya, kemudian
itu bertaubatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku itu adalah sangat dekat
(rahmatNya), lagi memperkenankan (doa hambaNya).
Nabi Shalih
adalah nabi kedua dalam bangsa Arab, didalam surat ke 7 al-A’raf, berita nabi
Shalih pun telah termaktub di dalam 7ayat (ayat 72 - 79). Diterangkan bahwa
mereka berdiam di suatu negeri yang susbur, sehingga lembah lembahnya dapat
mereka hiasi dengan gedung gedung yang indah, dan bukit bukitnya mereka pahat
untuk dijadikan rumah. Letak negerinya diantara Hejaz dan Syam. Di dalam surat
26 asy-Sy’ara’ terlukis pula cerita ini dalam 19 ayat (ayat 141 - 159), di
dalam surat 27 an-Naml pada 9 ayat (ayat 45 - 53), 5 ayat pula dalam surat
al-Hijr yaitu dari ayat 80 – 84, 5 ayat dalam surat 91 as-Syams (ayat 11-15), 3
ayat dalam 51 adz-Dzariat (ayat 43-45) dan 2 ayat dalam surat an-Najm, ayat 50
dan 51. Dan dalam semuanya itu, baik dalam susunan kata pendek pendek maupun
atau gaya bahasa yang panjang, isinya hanya satu, yaitu pengajaran dan
peringatan bagi manusia.
Didalam hitugan
sejarah, sebagai kaum ‘Ad, maka kaum tsamud ini dihitung sebagai suku suku arab
yang telah punah dan tidak ada lagi. Yang bersua hanya bekas bekasnya.
“Dan kepada
Tsamud.” (pangkal ayat 61). Telah diutus pula “Saudara mereka Shalih”. Artinya,
bahwa nabi Shalih diutus tuhan menjadi rasul kepada kaum tsamud itu, bukanlah
ia orang yang didatangkan dari luar, melainkan putera dari kabilah Tsamud itu
sendiri. Sebab itu maka yang didatanginya ialah saudaranya sendiri. Sebagaiman
juga sekalian Nabi yang diutus Tuhan, maka seruan yang disampaikan Shalih
kepada kaumnya itu sama juga yang disampaikan oleh Nabi Nabi yang lain.
“Dia berkata :
“ Hai kaumku! Sembahlah olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu Tuhan selain
Dia.” Hanya Allah sajalah yang patut kamu
sembah, karena selain dari Dia tidak ada Tuhan. Persembahan kepada berhala atau
barang pujaan yang lain tidaklah benar, bahkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebab yang lain itu tidak ada yang berkuasa, melainkan khayal fikiran kamu
sajalah yang membikinnya. “Dialah yang menciptakan kamu dari bumi.”bukanlah
berhala atau patung atau makhluk lain yang menciptakan kamu dari tidak ada
kepada ada. Melainkan Allah itulah yang menciptakan kamu dari bumi. Nenek
moyangmu Nabi Adam AS itu digeligakan dari tanah. Kemudian turun turunan
beliau, kita ini keluar dari saringan darah, yaitu mani laki laki dan mani
perempuan bercampur jadi satu, tersimpan didalam rahim perempuan, 40 hari
bernama Nuthfah, 40 hari bernama Alaqah, 40 hari bernama Mudhghah, kemudian
beransur bertubuh, berlengkapan dengan daging, tulang dan darah. Dan semuanya
itu terjadi daripada bumi jua adanya. Sebagaimana kita ketahui didalam tumbuh
tumbuhan dibumi ini tersimpan Calori, beragam Vitamin, mineral dan Hormon. Ahli
Gidzi (yang telah diindonesiakan dengan sebutan gizi) yaitu bahan makanan,
semua sudah sependapat bahwasanya seluruhnya itu adalah berasal dari tumbuh-tumbuhan,
zat besi, zat tembaga, zat putih telur dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu
dari bumi.. lantaran itu dapat kota simpulkan bahwa bukan nabi Adam saja yang
langsung dijadikan dari tanah, bahkan kita anak cucu Adam inipun tidaklah akan
lhir jadi manusia, kalau bahannya tidak dari bumi juga..
Lalu
selanjutnya Nabi Shalih berkata : “ Dan (Dia) meramaikan kamu didalamnya.”
Subur makmur muka bumi ini dengan serba lengkap serba cukup bahan makanan, dan
ramailah manusia meenjadi penghuninya.
Didalam ayat
ini bertemu kalimat “Was ta’marakum.” Lalu kita maknakan dengan
meramaikan kamudari kata ista’marakum, inilah berpecahan menjadi
makmur, apabila bumi subur dan makanan cukup, manusiapun hidup dengan sentosa
mencari rizki dan berketurunan.
Sebagai kita
ketahui diatas tadi, kaum tsamud telah hidup dengan makmur di tanah kediaman
mereka, dinegeri al-Hijr diantara Syam dan Hejaz. Banyak sekali bukit bertemu
sampai sekarang baik dalam isyarat Al-Qur’an ataupun hasil penyelidikan
purbakala (Archeologi), bahwa tanah tanah yang sekarang telah tandus, padang
pasir sahara bertemu bekas bekas kemakmuran zaman lampau. Inilah yang
diperingatkan nabi Shalih kepada kaumnya, agar mereka mensyukuri nikamt
kemakmuran yang diberikan Tuhan kepada mereka. Pintu syukur yang pertama ialah
sadar kembali bahwasanya mempersekutukan yang lain denga Allah adalah satu dosa
yang paling besar. Sebab itu berkata Shalih selanjutnya “Maka mohonkanlah
ampun kepadaNya.” Meminta ampun kepada Tuhan sesudah menyadari bahwa
langkah sudah salah. Allah yang menganugerahi kemakmuran lalu yang lain yang
disembah. “Kemudian itu Taubatlah kepadaNya.”
Disini terdapat
dua tingkat kesadaran diri akan kesalahan. Mulanya sadar bahwa perbuatan itu
memang salah, lalu mohon ampun. Tetapi yang dimintakan ampun adalah kesadaan
cabang saja. Mohon ampun dari keslahan yang cabang belumlah berarti, sebelum
sikap jiwa itu dirubah samasekali. Timbul berbagai ragam kesalahan, ialah
karena pokom utamanya telah terlanggar, yaitu mempersekutukan yang lain dengan
Allah. Kesalahan yang ini tidaklah cukup dengan minta ampun saja, bahkan mesti
minta taubat. Sebab syirik adalah urat tanggung dari sekalian dosa. Taubat
artinya kembali, yaitu kembali ke jalan yang benar. Pepatah melayu mengatakan “
sesat diujung kembali kepangkal tali.” Apabila telah memohon ampun dan
bertaubat besar harapan bahwa Allah akan melimpahkan karunia ampun dan kasih “Sesungguhnya
Tuhanku itu sangatlah dekat.” Oleh sebab Allah itu sangat dekat daripada
hambanya, maka didengarNyalah segala prmohonan ampun dan permohonan taubat
daripada hambaNya. “Lagi memperkenankan” (ujung ayat 61) artinya karena
Dia dekat dengan hambanya dan didengarNya segala permohonan mereka itu, maka
segala permohonan yang timbul daripada hari yang tulus ikhlas dan insaf akan
kelalaian dan kelapangan diri, niscaya permohonan itu akan dikabulkan.
Tetapi sambutan
kamumnya sangatlah jauh dari yang diharapkan oleh Nabi Shalih, padahal seruan
nabi Shalih itu benar benar timbul dari hati yang belas kasihan. [4]
C.
Sifat-Sifat
Allah
1. Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat wajib bagi allah ialah segala sifat kesempurnaan yang wajib ada
pada Nya. Kita meyakini dan mengitikadkan bahwa Allah wajib bersifat dengan
segala sifat kesempurnaan yang Allah sendiri telah mensifati diri Nya dengan
sifat-sifat itu dan menamakan diriNya dengan sifat tersebut pula
a.
Wujud
Artinya Allah itu wujud. Adapun wujud Allah bukan karena ada yang
mengadakan tetapi adanya sebab Zat Nya sendiri, serta wujudnya itu wajib
(disembah) (Al An’am : 162)
b.
Qidam
Artinya Allah itu asli (terdahulu), Allah tidak berpermulaan dan
wujudNya tidak didahului oleh sesuatu
karena yang qidam itu dzatNya (Al Hadid : 3)
c.
Baqa
Artinya Allah itu kekal, Adanya Allah itu
kekal selama lamanya, tidak ada akhir (kesudahannya) (Ar Rahman : 26-27)
d.
Mukhalafatuhu lilhawadits
Artinya Allah itu berbeda dengan segala
yang baru (makhluk), yakni apa saja selain Allah. (Asy Syuara : 11)
e.
Qiyamuhu binafsihi
Arinya allah itu berdiri dengan sendirinya,
Allah tidak membutuhkan kepada yang lain. (Ali Imran : 97)
f.
Wahdaniyah
Artinya Allah itu Esa, tidak berbilang zat
Nya, sifat Nya maupun af’al Nya (perbuatan Nya). (Al Ikhlas : 1-4)
g.
Qudrat
Artinya Allah itu zat yang kuasa dengan
sifat itulah Allah mewujudkan atau meniadakan sesuatu yang dikehendakiNya. Dan
begitu pula Kuasa melenyapkan apa apa yang dikehendakiNya. (Al Mulk : 1)
h.
Iradah
Artinya Allah berkehendak. Dengan sifat
inilah Allah menentukan gejala sesuatu, baik waktu, tempat dan sebagainya,
untuk diwujudkan atau ditiadakan. (Yasin : 82)
i.
Ilmu
Artinya Allah itu zat yang mengetahui.
Allah mengetahui apa saja di alam semesta ini dan mengetahui segala peristiwa
yang terjadi. (al Hujurat : 18)
j.
Hayat
Artinya Allah itu hidup. Dengan sifat ini
Allah bersifat qudrat, iradah dan sifat-sifat lainnya.
k.
Sama
Artinya Allah itu zat yang mendengar. Allah
mendengar segala suara baik yang keras maupun yang pelan, yang terang maupun
yang rahasia, suara hati dan angan-angan semua mahkluk. (Al Anbiya : 4)
l.
Bashar
Artinya Allah itu meliaht. Allah melihat
segala tingkah laku atau gerak gerik makhluknya, baik yang terang terangan atau
yang dilakukan secara sembunyi. (Al Baqarah : 110)
m. Kalam
Artinya Allah itu berkata kata, dengan
tidak berhuruf dan tidak bersuara yaitu suatu sifat yang dengan sifat tersebut
menunjukkan bahwa Allah itu mengetahui semua ilmu-ilmu yang tidak ada
kesudahannya. (Luqman : 27)
n.
Kaunuhu Qadiran
o.
Kaunuhu Muridan
p.
Kaunuhu Aliman
q.
Kaunuhu Hayyan
r.
Kaunuhu Samian
s.
Kaunuhu Bashiran
t.
Kauhunu mutakaliman
Ketujuh sifat yang terakhir ini merupakan
kelaziman dari sifat sebelumnya. Missal Kaunuhu Qadiran adalah sifat lain dari
sifat qudrat artinya Allah mesti bersifat Qudrat. Demikian juga dengan lainnya.
2. Sifat jaiz bagi Allah
Sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang mungkin boleh dimiliki oleh
Allah swt. Sifat jaiz Allah hanya satu yakni Fi’lu Kulli Mu’minin au Tarkuhum, artinya Allah itu berwenang
untuk menciptaka dan berbuat sesuatu atau tidak, sesuai dengan kehendaknya. [5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ibadah kepada Allah merupakan sesuatu hal yang wajib bagi semua
umat muslim untuk di kerjakan. Sabagai hubungan manusia
dengan Allah (hablum minallah), selain itu ada juga hubungan dengan
alam serta hubungan manusia dengan manusia.
Dijelaskan dalam surat Hud 11:61 tentang Ibadah kepada Allah SWT.
Kita semua tahu bahwasanya Allah merupakan Zat yang wajib di sembah. Seperti
halnya kisah Nabi Shaleh AS dan kaumnya yaitu kaum Tsamud, serta kekuasaan
Allah SWT dalam membinasakan orang-orang yang zalim. Inilah yang mewajibkan
kita untuk senantiasa beribadah kepada Allah dan menyembah-Nya agar senantiasa
selamat dunia maupun akhirat. Tugas manusia di muka bumi ini adalah memakmurkan
bumi, mensejahterakannya serta menjaganya sebagai tempat yang tetap.
Allah Maha segalanya, Dialah sang pemilik segala sifat diantaranya
Sifat-sifat wajib dan Jiaznya. Yang patut kita ketahui dan pahami, bahwa Allah
tidak sama dengan makhluknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka.
2002. Tafsir Al Ahzar Juz XII. Jakarta. PT. Citra Serumpun Padi
Mustafa,
Ahmad. Terjemah Tafsir Al Maraghi.
Bahreisy ,Salim, Said Bahreisy. 1988. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsier Jilid IV. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Mukhtar Yusuf dkk. 2000. Materi pokok
Pendidikan Agama Islam. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam dan Universitas Terbuka.
Azzam, Abdullah. 1994. Tarbiyah Jihadiyah. Solo : Pustaka Al
Alaq
BIODATA
Nama :
Ayu Nurin Fika
Tempat Tanggal Lahir : 23 September 1999
Alamat : Jl. RE Martadinata Karangasem
Selatan Batang
Riwayat Pendidikan :
a.
SD Negeri Karangasem 04
b.
SMP Negeri 02 Batang
c.
MA Darul Amanah Sukorejo Kendal
[1] , Abdullah
Azzam, Tarbiyah Jihadiyah, Solo : Pustaka Al Alaq, 1994
[2] Salim
Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid IV, hlm
: 308
[3] Ahmad
Mustofa, Terjemah Tafsir Al Maraghi, Semarang : Toha Putra, hlm : 92
[4] Hamka, Tafsir
Al Ahzar Juz XII, jakarta : Pustaka Angkasa, hlm : 81
[5]
Yusuf Mukhtar dkk,, Materi
pokok Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam dan Universitas Terbuka, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar