KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menuntut Ilmu
Profesional Q.S. A;-Ankabut ayat 19”. Shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya, serta segala
umat-Nya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna
menambah wawasan pengetahuan yang membahas tentang masalah yang menjadi pokok
bahasan. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah
Tafsir Tarbawi.
Terimakasih kepada Bapak
Muhammad Hufron selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam
Tholabul ilmi, yang senantiasa kami nanti-nantikan petuah-petuahnya.
Penulis telah berupaya
menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna, penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa
referensi mengenai materi tersebut. Apabila dalam penulisan makalah ini ada
kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya, maka penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
Pekalongan, 26 September 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak manusia
di dunia ini yang mengingkari Allah dan mengingkari semua ciptaa-Nya.Padahal
manusia setiap hari telah melihat panorama semesta dan fenomena-fenomena yang
selalu ada dan pernah hilang dari pandangannya.Namun keseriusannya telah hilang
karena sudah biasa melihatnya dan juga karena sering terulang.
Al-Qur’an
mengembalikan perhatian mereka kepada keagungan dan tanda-tanda kekuasaan Allah
yang sangat mengagumkan itu.Yaitu melalui dalil-dalil, serta bukti wujud yang
dapat dilihat dan dirasakan oleh perasaan.
Oleh karena itu
penting bagi kita untuk mempelajari tafsir surat Al Ankabut:19. Pada ayat
19, manusia disuruh merenungkan segala yang terjadi di alam semesta ini,
mulai dari permulaan penciptaan sampai penciptaan tersebut terulang-ulang.
Al-Qur’an menjadikan alam semesta sebagai media pemaparan ayat-ayat keimanan
dan petunjuknya., mengajak manusia untuk berjalan di
bumi dan memperhatikan ciptaan Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam
ciptaan-Nya, baik dalam benda mati maupun makhluk hidup. Sehingga mereka
memahami Zat yang telah menciptakan semua itu akan dengan mudah mengulang
ciptaan-Nya tanpa kesulitan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian Menuntut Ilmu ?
2.
Bagaimana
penjelasan dalil tentan Qq,s Al-Ankabut Ayat 19 ?
3.
Bagaimana Aplikasi
Dalam Kehidupan Sehari-hari ?
4.
Bagaimana Aspek
dalam Tafsir Tarbawi ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Menuntut Ilmu
2.
Untuk
Mengetahui Penjelasan Q.S Al-Ankabut Ayat 10
3.
Untuk
Mengetahui Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
4.
Untuk
Mengetahui Aspek Dalam Tafsir Tarbawi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah Suatu kewajiban sekalipun di mana saja dan
dalam keadaan bagaimanapun pula, tidak ada alasan seorang meninggalkan ilmu
atau tidak mencarinya. Dari bebrapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
makns menuntut/mencari ilmu sekalipun di nrgeri cina adalah sekalipun jauh dari
tempat tinggal , sekalipun menderita dan sulit.
Pertama. dari sudut sejarah, baginda adalah pedagang antar bangsa,
beliau waktu usia muda pernah dua kali melihat minimal pergi ke syam sebagai
kota perdagangan. Di kota itu sudah ada kebudayaan romawi dan tentu saja sudah
berinteraksi dengan budaya lain. Jadi, tidak mestahil dalam perjalanan itu
baginda mendengar tentang peradaban negeri Cina yang tinggi.
Kedua, Apa yang di sampaikan oleh Rosulullah SAW. Tidaklah berhenti
pada pengetahuan beliau saja, tetapi ada unsur wahyu Allah yang berperan. Jika
kemungkinan ini di ambil dan hal ini sangatlah mungkin, maka unsur kejanggalan
matan hadis ini tidak muncul lagi.
1.
ADAB
MENUNTUT ILMU
Menuntut ilmu adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena
pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala
kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu
buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai
adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba
ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu
tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu
karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan
sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuksebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang
paling didahulukan sebelum ILMU. ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi
yang ingin mencarinya.
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para
penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara
dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara
dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan
sumber ilmu itu sendiri.[1]
B. Penjelasan
Dalil Q.S Al-Ankabut Ayat 19
اولم يروا كيف يبدئ
الله الخلق ثم يعيده ان ذلك على الله يسير (19)
Artinya : Dan apakah mereka
tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya,
kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.(19) (Q.S Al-Ankabut/29:19):
Ibrahim kekasih Ar-Rahmanmr=engisyaratkan kaumnya kepada penetapan
pembangkitan kembali yang mereka ingkari
dengan apa yang mereka saksikan pada diri mereka sendiri, seperti penciptaan
mereka dari sebelumnya tidak ada sama sekali, pemberian pendengaran,
penglihatan dan hati kepala mereka, berbuatnya mereka di dalam kehidupan hingga
waktu tertentu, kemudian kematian mereka sesudah itu. Tuhan yang memulai semua
ini kuasa untuk mengembalikannya, bahkan pengembalian itu lebih mudah bagi-nya.
Ayat
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari nasihat Nabi Ibrahim kepada kaumnya,
setelah beliau melihat tanda-tanda penolakan mereka. Ayat ini merupakan jawaban
atas keraguan orang musyrik terhadap hari kebangkitan.
M. Quraish
Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa disini Allah berfrman : Dan
apakah mereka lengah sehingga tidak memperhatikan bagaimana Allah senantiasa
memulai penciptaan semua makhluk termasuk manusia. Setelah Allah menciptakan
mereka kemudian dia mengulanginya kembali. Sesungguhnya yang demikian itu yakni
penciptaan dan pengulangannya bagi Allah semata-mata dan khusus bagi-Nya adalah
mudah. Jika demikian, bagaimana mereka mengingkari pengembalian manusia hidup
kembali kelak di hari Kemudian ?.
Kata (يروا)
terambil dari kata (رأى) yang dapat berarti melihat dengan mata kepala atau mata
hati/memikirkan atau memperhatikan, maka jawaban dari keraguan atas hari
kebangkitan tersebut jawabannya adalah melihat, memperhatikan dan merenungkan
tentang penciptaan. Hal ini erat sekali kaitannya dengan ayat selanjutnya.
Dalam kitab Zaad
al-maysir fi al-ilmi al-tafsir, Imam al Jauzi di dalam menafsiri firman
Allah قل
سيروا في الارضmenjelaskan :
اي انظروا إلى المخلوقات التي في الارض وابحثوا
عنها هل تجدون لها خالقا
غيرالله فاذا علموا انه لا خالق لهم سواه لزمتهم
الحجة في الاعادة
Artinya :
Lihatlah kepada makhluk-makhluk yang ada di bumi dan telitilah tentang mereka.
Apakah kalian menemukan pencipta mereka selain Allah. Dan apabila mereka telah
tahu bahwa tidak ada pencipta selain Allah maka dalil tentang kebangkitan
menjadi jelas.
Dari penjelasan
ini, maka Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa : Katakanlah kepada
mereka : Kalau kamu belum juga mempercayai keterangan-keterangan di atas antara
lain yang disampaikan oleh leluhur kamu dan bapak para nabi yakni Ibrahim, maka
berjalanlah dimuka bumi kemana saja kaki kamu melangkah, lalu dengan segera
walau baru beberapa langkah, perhatikanlah bagaimana allah memulai penciptaan
makhluk yang beraneka ragam – manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya
– kemudian Allah menjadikannya di kali lain setelah penciptaan pertama kali
itu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.[2]
1.
Tafsir Ibnu Al-Azhar
“ Dan apakah
tidak mereka perhatikan bahwa bagaimana Allah memulai penciptaan.” (pangkal
ayat 19) Allah tidak lah kan dapat di
lihat dengan mata. Untuk meyakinkan adanya Allah, hendaknya perhatikan alam
yang di ciptakan oleh Allah. Dalam ayat yang tengah kita renungi ini
terdapatlah panggi;an kepada manusia yang selama ini kurang memperhatikan.
Bahkan tidak teguh kepercayaanyatentang yang
maha kuasa atau kalaupun ada kepercayaanya bahwa Tuhan itu ada, tidak di
perhatikanya bagaimana caranya sebagai kita sebagai Insan yang menghubungi
Khaliq itu. Untuk mencari Allah perhatikanlah alam.
Di awal ayat ini kita di anjurkan bagaimana
Allah memulai penciptaan. Banyak terdapat permulaan penciptaan ilahi yang
sangat hebat dan ajaib, yang mustahil begitu teratur dan mengagumkan kalau dia
terjadi sendirinya.
2.
Tafsir Al-Qhurtubi
Allah juga menciptakan manusia kemudaian
mematikanya setelah memberikan anak dan keturunan kepadanya dan dari anak
tersebut kemudian lahirlah anak yang lain. Demikian juga dngan binatang yang
yang ada di permukaan bumi ini, kita dapat saksikan bagaimana Allah swt
menciptakan segala macam jenis binatang.
Mereka hidup dan berkembang biak hingga
akhirnya mati dan di lanjutkan oleh keturunan berikutnya. Hal ini berlangsung
terus menerus sampai Hari Kiamat. Semua ini menunjukan bahwa betapa Allah Maha
Kuasa atas segalanya.[3]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
a.
Hendaknya perhatikan alam yang di ciptakan oleh
Allah
b.
Selalu mencari ilmu di manapun dan bagaimanapun
keadaanya
c.
Mensyukuri atas apa yang telah Allah ciptakan
untuk kita
D.
Aspek Tarbawi
1.
Mencari atau menubtut ilmu adalah suatu
kewajiban di mana saja dan bagaimanapun keadaanya pula, tidak ada alasan
seorang untuk meninggalkan ilmu.[4][5]
2.
Kita harus memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan diri mereka sendiri dari tiada sampai menjadi manusiayang sempurna
lengkap dengan paca inderanya.
3.
Kita harus mengetahui bagaimana Allah
menciptakan beraneka ragam dari yang bernyawa sampai yang tidak bernyawa, di
atas bumi maupun di tas angkasa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia
disuruh merenungkan segala yang terjadi di alam semesta ini, mulai dari
permulaan penciptaan sampai penciptaan tersebut terulang-ulang. Dalam ciptaan
Allah tidak ada sesuatu yang sulit bagi-Nya. Mencari ilmu merupakan suatu
kewajiban di mana saja dan dlam keadaan bagaimanapun, tidak ada alasan seorang
meninggalkan ilmu atau tidak mencarinya.
Dari
beberapa pendapat yang di simpulkan bahwa bahwa makna mencari ilmu seklaipun di
negeri Cina adalah sekalipun jauh dari tempat tinggal, sekalipun menderita dan
sulit, sekalipun datang dari non muslim atau sekalipun di negeri minoritas muslim
yang sudah maju. Seperti dalam bahwa “ Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri
Cina”.
B.
Saran
1.
Sebaiknya
lebih bisa mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi dalam lingkungan
sosial yang dapat mempengaruhi kualitas peserta did
2.
Sebaiknya
selalu mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi pada lingkungan
sosial sehingga dapat mengenali berbagai macam hal yang dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik seiring dengan berkembangnya zaman.
3.
Sebaiknya mampu meningkatkan pengetahuan yang
mendukung perubahan positif dalam proses pendidikan
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Majid.2012. Hadist Tarbawi, Jakarta: kencana prenada
group.
Ahmad Mustafa Al Maragi. 1986. Terjemah Tafsir Al Maraghi juz 20.
Semaramg: PT Karya Toha.
Salim Bahreisy .1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir. Surabaya:
Bima Ilmu.
Hamka. 1978. Tafsir Al-Azhar. Surabaya: Bina Ilmu offset.
Bahrun Abu Bakar. 2010. Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun
Nuzul Jilid II. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
BIODATA PENULIS
Nama : Nur Laella
Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 04 November 1998
Alamat : Jl. Jangkar Rt. 05 Rw. 03 No. 47
Desa
Suradadi Kec. Suradadi Kab. Tegal
Riwayat Hidup : -. MI NU 02 Suradadi-Tegal
-
MTs Al-Fatah Suradadi-Tegal
- SMK Diponegoro Lebaksiu-Tegal
(MAN
JADDA WA JADDA)
[1] Abdul Majid, Hadist Tarbawi, (jakarta:
kencana prenada group, 2012), hlm.143-144
[2]Ahmad
Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al Maraghi juz 20, (Semaramg: PT Karya Toha,
1986), hlm. 220
[3]Salim
Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: Bima Ilmu,
1990), hlm. 200-201.
[4]Hamka,
Tafsir Al-Azhar, (Surabay: Bina Ilmu offset, 1978), hlm. 202-205
[5]Bahrun
Abu Bakar, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid II, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 426
Tidak ada komentar:
Posting Komentar